REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Sebanyak 46 orang tewas di ibukota Yaman setelah serangan udara yang dipimpin Saudi menargetkan basis senjata yang diduga milik pejuang Houthi. Para pejabat kesehatan mengatakan kepada Al Jazeera, Senin (20/3), bahwa lebih dari 300 orang terluka ketika pesawat tempur menyerang sebuah pangkalan rudal Scud di Faj Attan, sebuah distrik di Sanaa barat, yang kemudian memicu serangkaian ledakan.
Pada saat kejadian, sedikitnya 15 orang tewas di ibu kota Sanaa, termasuk seorang presenter jaringan TV lokal, menurut saluran TV Al-Masirah yang dikelola oleh pemberontak Houthi, Senin (20/4).
“Ini adalah ledakan terkuat yang disaksikan di Sanaa. Ratusan, bahkan ribuan rumah telah rusak, dan membuat ribuan orang mengungsi,” kata Hakim al-Masmari, editor Al Masirah, kepada Al-Jazeera, Senin (20/4).
Warga Sanaa mengatakan, ledakan kejutan besar dari arah kota.
“Langit-langit dan lampu gantung terjatuh karena ledakan,” kata warga mohammed Mohsen, kepada Assosiasi Press.
Selanjutnya Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan, telah memanggil utusan arab Saudi ke Teheran setelah banyaknya kehancuran. Teheran yang dituduh mendukung Houthi, telah bersikap kritis terhadap kampanye Saudi yang menyebutnya “genosida” dan “kejahatan besar”.
"Saudi takut kalau rudal kembali ke perbatasan Saudi, akan menimbulkan kerusakan di sana," kata Menteri Luar Negeri Yaman, Riyadh Yassine. Kemudian dia mengatakan, negara-negara Teluk akan meluncurkan proyek rekonstruksi besar untuk membangun kembali negara itu setelah berakhirnya konflik.
Arab Saudi dan negara-negara sekutu mulai kampanye udara pada 26 Maret, berharap untuk memutar kembali Houthi yang merebut Sanaa pada bulan September dan sejak bagian overrun besar negara. Pihak kerajaan mengatakan serangan udara akan berlanjut sampai Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang telah melarikan diri dari negara itu, bisa kembali.
Houthi, dengan dukungan penting dari unit tentara yang setia kepada mantan Presiden Ali Abdullah Saleh, muncul sebagai kekuatan dominan di Yaman setelah mereka mengambil alih ibukota Sanaa akhir tahun lalu dan sekarang menguasai banyak negara.