Selasa 21 Apr 2015 22:40 WIB

Warga Muslim yang Dilecehkan dalam Kereta di Sydney akan Tuntut Pelaku

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, BRISBANE -- Pasangan Muslim asal Brisbane yang dilecehkan secara rasis dalam kereta di Sydney pada pekan lalu berniat mengajukan tuntutan terhadap sang pelaku. Polisi New South Wales menyelidiki kasusnya setelah rekaman insiden tersebut diunggah secara online dan tersebar luas.

Video singkat yang diunggah oleh Stacey Eden, yang membela pasangan ini, menunjukkan, seorang perempuan tua menganiaya Hafeez Bhatti Ahmed dan istrinya, Khalida, yang bepergian dengan kereta jalur bandara, pada Rabu (15/4) lalu.

Hafeez, yang berasal dari Pakistan, menegaskan ia telah berbicara kepada Polisi Queensland dan sedang mempersiapkan pernyataan resmi mereka. Ia mengatakan, ia akan meminta polisi untuk menindak perempuan yang menganiaya istrinya.

"Karena kejadian itu, ia menyentuh kepala istri saya, itu salah satu masalah yang akan saya angkat. Lalu dia secara verbal menganiaya istri saya,” ujarnya baru-baru ini.

Ia mengatakan, ia dan istrinya masih terguncang oleh kejadian itu dan sangat waspada ketika mereka meninggalkan rumah.

"Kami sangat berhati-hati, terutama ketika kami harus pergi keluar. Saya selalu melihat sekeliling kalau-kalau seseorang memburu kami,” aku Hafeez.

Ia mengatakan, ia telah menerima pesan-pesan positif setelah kejadian itu, tetapi juga menerima beberapa ancaman online, dengan satu profil Facebook bernama "Prajurit Kristen" mengancam untuk membunuhnya.

"Salah satu orang menyumpahi saya dan ia menulis bahwa saya seorang teroris propaganda Islam. Saya akan menunjukkan laman ini ke polisi," tegasnya.

Hafeez mengungkapkan, ia juga telah menghadapi reaksi orang yang menyebutnya pengecut karena tak berbicara.

"Orang-orang mengatakan saya bukan seorang pemberani karena tak membela istri saya. Dalam bahasa lokal saya, orang-orang memanggil saya seorang pengecut,” tuturnya.

Ia menambahkan, "Saya datang ke Australia, tetapi saya tak tahu bagaimana berbicara bahasa Inggris, jika saya bisa, pasti saya sudah bicara."

Hafeez mengatakan, ia tetap tenang dan tak ingin salah merepresentasikan agamanya.

"Itu adalah rasa hormat saya untuk perempuan tua itu, bahwa saya tak bersikap agresif dan berkata-kata dengan bahasa yang buruk. Saya mencoba untuk mendidiknya dan pada saat yang sama saya berusaha tenang," ungkapnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement