REPUBLIKA.CO.ID, BLANTYRE -- Toko-toko milik warga Afrika Selatan di Malawi tidak beroperasi setelah seruan boikot dari para aktivis yang marah atas serangan xenofobia (ketidaksukaan terhadap orang dari negara lain).
Di ibu kota Malawi, Blantyre polisi bersenjata lengkap masih menjaga toko terkemuka milik warga Afrika Selatan.
"Boikot itu untuk mengirim pesan simbolis," kata aktivis konsumen John Kapito, seperti dikutip BBC News, Jumat (24/4).
Dia menambahkan Malawi tidak bisa membantu pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan jika negara tersebut tetap menggurui toko-toko dan barang mereka.
Ratusan warga Malawi telah dievakuasi dari Afrika Selatan setelah adanya gelombang baru serangan xenofobia. Dalam evakuasi tersebut, pemerintah Malawi juga sempat mendapat kritik karena menggunakan perusahaan bus Afrika Selatan untuk menjemput warganya.
Tapi pemerintah Malawi beralasan biaya yang dikeluarkan untuk menyewa bus Afrika Selatan lebih murah.
Sedikitnya tujuh orang tewas dan 5.000 imigran di Afrika Selatan kehilangan tempat tinggal akibat xenofobia. Pemerintah Malawi masih menunggu kedatangan 500 warganya lagi yang dievakuasi dari Afrika Selatan.