REPUBLIKA.CO.ID, KATHMANDU -- Gempa besar 7,9 SR yang mengguncang Nepal pada Sabtu (25/4) telah menewaskan setidaknya 1.130 orang dan menyebabkan longsor mematikan di Gunung Everest.
Jumlah korban diperkirakan akan terus naik karena muncul laporan kerusakan berat di daerah pegunungan terpencil setelah peristiwa gempa paling besar yang pernah mengguncang Nepal dan berpusat 80Km sebelah timur kota terbesar kedua di negeri itu, Pokhara.
Matinya sistem komunikasi menyulitkan upaya penyelematan dan semakin memunculkan kekhawatiran semakin bertambahnya korban di negara miskin berpenduduk 28 juta jiwa itu.
Data resmi dari kepolisian menunjukkan bahwa jumlah korban tewas telah mencapai 1.130 di Nepal. Angka tersebut belum menghitung korban di India sebanyak 34 orang dan satu di Bangladesh.
Gempa di Nepal pada Sabtu (25/4) adalah bencana yang berpotensi membawa kerusakan besar karena berpusat di titik yang dangkal. Hingga kini, sejumlah gedung runtuh sementara jalanan terbelah.
Di sisi lain, gempa juga menyebabkan sejumlah bagian dari Gunung Everest longsor sehingga menewaskan setidaknya 10 orang yang tengah berada di pos terbawah, demikian keterangan seorang pejabat pariwisata setempat.
Saat longsor terjadi, ada lebih dari 1.000 pendaki yang tengah berkumpul karena bertepatan dengan musim pendakian. Pejabat badan pariwisata lain, Mohan Krishna Saptoka, mengatakan sangat sulit memperkirakan jumlah kematian dan dampak kerusakan di sekitar Everest.
"Pada pendaki tersebar di sekitar pos terbawah (basecamp) dan bahkan beberapa di antara mereka sudah mulai menaiki gunung. Tidak mungkin memeriksa keberadaan mereka satu per satu," kata dia.
Sekitar 300 ribu wisatawan asing diperkirakan tersebar di Nepal menjelang musim penjelajahan dan pendakian Himalaya. Badan pariwisata setempat kini dibanjiri panggilan dari pihak keluarga wisatawan asing tersebut.
Nepal, yang secara geografis terletak di antara Cina dan India, memang pernah mengalami sejumlah bencana alam. Gempa terbesar di negara itu terjadi pada 1934 yang menewaskan lebih dari 8.500 jiwa.
Sementara itu di ibu kota Kathmandu, gempa telah menyebabkan bangunan Dharahara Tower setinggi 60 meter, yang dibangun pada 1832, rata dengan tanah.
Di rumah sakit utama kota itu, puluhan relawan membentuk rantai demi memberi jalan pada mobil ambulance yang membawa korban luka.