REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Anggota koalisi milisi Fajar Libya pada Sabtu (25/4) menolak seruan dari Utusan Khusus PBB untuk Libya Bernardino Leon untuk ikut dalam dialog guna mengakhiri krisis yang berlangsung di negeri tersebut.
"Anggota milisi Libya dengan keras menolak seruan Leon. Seruan ini harus dihentikan dan para pemimpin harus mematuhinya, sebab itu bertujuan menciptakan perpecahan di antara gerilyawan dan pemimpin dan membuat lemah mereka demi keuntungan kudeta," kata satu pernyataan oleh kantor informasi milisi Fajar Libya.
Leon pekan lalu mengkonfirmasi keinginannya untuk mengundang para pemimpin faksi bersenjata untuk ikut dalam dialog yang diadakan berbarengan dengan pembahasan yang diseneggarakan di Maroko.
Ia mengatakan dialog tersebut bertujuan membahas pengaturan keamanan bagi gencatan senjata, bersama dengan penarikan anggota milisi bersenjata dari kota besar, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad pagi.
Libya, produsen utama minyak di Afrika Utara, telah menghadapi proses politik yang rusuh, setelah pemimpinnya Muammar Gaddafi digulingkan selama kemelut politik pada 2011.
Ibu Kota Libya, Tripoli, jatuh ke tangan Fajar Libya pada Agustus lalu. Fajar Libya mendirikan pemerintahnya sendiri guna menghadapi pemerintah yang diakui masyarakat internasional, yang saat ini berada di pengasingan di Kota Tobruk di bagian timur negeri tersebut. Negeri itu kini menghadapi kebuntuan akibat pertempuran antara milisi Islam dan militer pro-sekuler.
PBB telah menengahi beberapa babak dialog antara pihak yang bertentangan sejak September, tapi bentrokan terus berlangsung kendati gencatan senjata disepakati oleh semua kelompok.