REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Luar Negeri Yaman Riyadh Yaseen, Minggu, menolak seruan mantan presiden Ali Abdullah Saleh untuk melakukan pembicaraan damai, dan mengatakan bahwa serangan militer di bawah pimpinan Arab Saudi terhadap kelompok pemberontak Houthi yang bersekutu dengan Iran belumlah berakhir.
Saleh--yang para pendukung setianya berjuang bersama pemberontak Houthi sehingga memaksa pemerintah pusat berada dalam pengasingan-- pada Jumat menyerukan kepada semua pihak di Yaman kembali ke dialog politik bagi menemukan jalan untuk mengakhiri konflik di negara tersebut.
"Seruan ini tidak bisa diterima setelah semua kerusakan yang dibuat oleh Saleh. Tidak akan ada tempat bagi Saleh dalam dialog politik apapun di masa depan," kata Yaseen dalam jumpa pers di London.
Arab Saudi pekan lalu mengatakan mereka mengakhiri serangan udara yang telah berlangsung selama sebulan terhadap kelompok Houthi yang menguasai banyak kawasan di Yaman, dan bahwa mereka akan mendukung solusi politik demi perdamaian di negara tetangga yang tengah berkecamuk itu. Namun pasukan koalisi terus mengebom sasaran-sasaran di dalam wilayah Yaman setelah pengumuman itu.
"Operasi Badai Pasir belum berakhir," kata Yaseen, merujuk pada operasi yang dipimpin Arab Saudi.
"Tidak akan ada perjanjian apapun dengan Houthi sampai mereka mundur dari kawasan-kawasan yang mereka kuasai," seperti ibukota Yaman, Sanaa.
Yaseen memberikan pernyataannya itu setelah serangan udara, pengeboman dan pertempuran darat mengguncang Yaman dalam pertempuran paling meluas sejak aliansi dipimpin Arab Saudi melakukan intervensi pada Maret.
Yaseen mengatakan pasukan koalisi tidak perlu mengerahkan pasukan darat di Yaman karena 70 persen wilayah Yaman tidak dikuasai oleh Houthi atau Saleh.