Senin 27 Apr 2015 17:57 WIB

Sengketa Laut Cina Selatan Jadi Sorotan KTT ASEAN

Rep: C07/ Red: Winda Destiana Putri
Laut Cina Selatan
Foto: timegenie.com
Laut Cina Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- KTT ASEAN di Malaysia mulai menyoroti tindakan Cina yang melakukan reklamasi di Laut Cina Selatan. ASEAN menganggap sengketa reklamasi di tersebut berbahaya bagi keamanan serta merusak perdamaian dan stabilitas di Laut Cina Selatan.

Pernyataan tersebut disampaikan setelah upacara penutupan KTT ASEAN di Kuala Lumpur pada Senin (27/4). Menurut pernyataan ASEAN yang dikutip dari Reuters, sengketatersebut menjadi perhatian yang serius terutama terkait reklamasi  lahan.

Dalam pernyataan itu, ASEAN menyatakan bahwa, reklamasi telah mengikis kepercayaan dan dapat merusak perdamaian, keamanan dan stabilitas di Laut China Selatan.

"Kami menegaskan kembali pentingnya menjaga perdamaian, stabilitas, keamanan dan kebebasan navigasi dan penerbangan di Laut Cina Selatan," ujar pernyataan ASEAN.

Cina telah mengklaim 90 persen atas kawasan itu yang kaya minyak dan gas. Namun, klaim ditentang Brunei, Malaysia, Filipina, Vietnam dan Taiwan.

"Mereka tidak bisa mengabaikan bahwa beberapa anggota ASEAN memiliki pernyataan yang kuat pada masalah itu, terutama Filipina, yang memiliki perhatian serius, ini yang bisa menciptakan ketegangan di kawasan itu," tambah seorang diplomat ASEAN yang enggan menyebutkan identitasnya.

Filipina sebelumnya, juga telah meminta negara-negara Asia Tenggara untuk ikut mendorong segera menghentikan reklamasi Cina. Presiden Benigno Aquino pun mengadakan pembicaraan bilateral dengan Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung pada Ahad kemarin untuk membahas masalah tersebut.

Sebelumnya, citra satelit terbaru menunjukkan Cina telah membuat kemajuan pesat dalam membangun sebuah landasan udara cocok untuk digunakan militer di Laut Cina Selatan yang Spratly Islands dan dapat merencanakan lain.

Kantor berita resmi Cina Xinhua, pada Senin (27/4) mengecam Filipina untuk membesarkan masalah ini di ASEAN. "Manila baru-baru ini berteriak dan menuduh Cina hanya sebagai pencuri berteriak maling di Laut Cina Selatan," katanya dalam sebuah komentar.

Adapun, Malaysia, yang memiliki hubungan ekonomi yang erat dengan Cina, tidak secara langsung membahas sengketa Laut Cina Selatan. Dalam pidato untuk membuka KTT pada hari Senin, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak tidak berbicara tentang reklamasi, dan hanya mengatakan perkembangan di Laut Cina Selatan harus ditangani dengan cara yang positif dan konstruktif.

"Akan ada beberapa paragraf di Laut Cina Selatan, namun Malaysia sangat berhati-hati tentang bahasa dan mereka tidak termasuk panggilan Filipina di Cina untuk menghentikan kegiatan reklamasi," kata diplomat itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement