REPUBLIKA.CO.ID, KATHMANDU -- Pihak berwenang Nepal mengatakan jumlah korban tewas karena gempa telah melebihi 5.000 orang, Rabu (29/4). Mereka juga mengakui kekurangan dalam pertolongan pertama pasca gempa.
Sebagian besar korban selamat terperangkap di area-area terpencil pegunungan. Mereka menunggu bantuan tanpa kepastian.
Kemarahan dan protes mulai mencuat seiring lambannya proses distribusi bantuan. Masyarakat terpaksa tak makan dan tidur di udara terbuka sejak gempa pada Sabtu.
''Ini adalah bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ada beberapa kelemahan dalam pengelolaan operasi bantuan ini,'' kata Menteri Komunikasi Nepal Minendra Rijal.
Ia menegaskan tim akan memperbaikinya mulai Rabu. Meski bantuan terus berdatangan dari komunitas internasional, pemerintah tak bisa mendistribusikannya secara merata karena minimnya akses.
Banyak pendaki juga terperangkap di jalur pendakian. Menteri Luar Negeri Shanker Das Bairagi juga mengatakan upaya fokus pada pencarian dan penyelamatan. Nepal, tambahnya, membutuhkan banyak dokter spesialis dari luar.
''Prioritas utama kami adalah mencari tim penyelamat. Kami butuh ahli syaraf, ahli tulang, ahli bedah,'' kata Bairagi.