REPUBLIKA.CO.ID, NUSAKAMBANGAN -- Pendeta Charlie Burrows yang menjadi rohaniawan bagi terpidana mati asal Brasil Rodrigo Gularte mengungkapkan, semua terpidana menghadapi regu tembak di Nusa Kambangan tanpa penutup mata dan "tidak ada yang berteriak".
Pendeta Charlie Burrows mengaku sempat berbicara dengan duo Bali Nine mengenai rehabilitasi yang telah mereka jalani selama 10 tahun mendekam di balik jeruji LP Kerobokan, Denpasar.
"Saya sempat berjabat tangan dengan keduanya, dan menyampaikan ucapan selamat atas perubahan dalam hidup mereka," katanya kepada ABC baru-baru ini.
"Sebaliknya mereka juga menyampaikan selamat atas apa yang saya kerjakan ini. Itulah kata-kata terakhir mereka," ucap Pendeta Burrows.
"Saya sampaikan kami selalu mendoakan keduanya dan keluarga mereka," tambahnya.
Ke-8 terpidana mati kabarnya diikat ke tiang sebelum dieksekusi. Menurut Burrows, hal itu dimaksudkan agar para terpidana tidak bergerak guna memastikan ketepatan sasaran regu penembak.
"Kesemuanya sangat tegar, bahkan melantunkan lagu doa dan menolak ditutup matanya," katanya.
"Menampakkan ketegaran di saat terakhir ini bertujuan untuk mengurangi penderitaan bagi keluarga yang ditinggalkan," jelas Pendeta Burrows.
"Jika anak-anak mereka berteriak, hal itu akan semakin memberatkan bagi keluarga yang ditinggalkan. Dan tidak seorang pun yang berteriak saat itu.. mereka meninggal secara tegar," paparnya.