REPUBLIKA.CO.ID, KATHMANDU -- Pejabat Kementerian Dalam Negeri Nepal Laxmi Prasad Dhakal mengatakan meskipun gempa pada 1934 lebih kuat dibanding pekan lalu, penduduk lembah Kathmandu saat itu masih lebih sedikit.
"Skala rekonstruksi akan sangat luar biasa. Kami belum bisa menilai kerusakan di kawasan terpencil yang hancur total," kata Dhakal, Jumat (1/5).
Para pejabat mengatakan peluang menemukan korban selamat semakin pudar. Pada Kamis, seorang anak lelaki dan seorang perempuan dikeluarkan dari bawah reruntuhan gedung setelah mereka terjebak selama lima hari.
Setelah regu penyelamat mulai mencapai wilayah terpencil, para saksi melaporkan 70-80 persen bangunan rusak parah di Chautara, wilayah di timur laut Kathmandu dekat perbatasan Tibet di Cina.
Kemarahan atas lambannya upaya penyelamatan terjadi di beberapa kawasan. Warga Nepal menuding pemerintah terlalu lamban menyalurkan bantuan internasional yang telah mengalir ke negara tersebut.
Bantuan tersebut belum mencapai korban yang membutuhkan, terutama di kawasan-kawasan yang sulit dijangkau akibat kerusakan gempa, buruknya cuaca serta masih terjadinya gempa susulan.
Di desa Ashrang, Gorkha, salah satu distrik paling parah terkena dampak gempa yang dicapai sekitar empat jam lewat darat dari Kathmandu, ratusan penduduk desa tinggal di luar rumah dengan sedikit bekal makanan dan air, meskipun berkotak-kotak biskuit, jus dan berkarung-karung beras serta gandum tersimpan di sebuah kantor pemerintahan setempat.
Nepal juga meminta bantuan helikopter kepada pemerintah asing untuk membantu operasi penyelamatan. Dhakal mengatakan Cina diperkirakan mengirim lebih banyak lagi helikopter.