REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) pada Jumat (1/5) menyatakan jumlah pengungsi Sudan Selatan yang menyelamatkan diri ke Ethiopia sejak konflik meletus di Sudan Selatan pada Desember 2013 telah melebihi angka 200 ribu.
"Anggota staf lapangan UNHCR telah mengamati peningkatan tajam kedatangan baru warga Sudan Selatan, terutama perempuan, anak-anak dan orang tua," kata Wakil Juru Bicara PBB Farhan Haq, JUmat (1/5).
Sebanyak 199 ribu pengungsi berada di Gambella di Ethiopia Barat, sedangkan 3.000 orang lagi berada di Benishangul-Gumuz yang berdekatan. Staf lapangan UNHCR telah mengatai peningkatan tajam kedatangan baru warga Sudan Selatan dari 1.000 orang perbulan menjadi lebih dari 4.000 pengungsi yang terdaftar pada April.
Badan pengungsi PBB itu saat ini mendaftar lebih dari 10 ribu orang yang baru datang di berbagai tempat masuk ke Gambella.
Warga yang baru datang tersebut bercerita mereka berjalan kaki selama berhari-hari melalui semak dan hanya memiliki sedikit atau tidak ada sama sekali makanan dan air dan tak membawa banyak harta mereka.
Para pengungsi itu kini direlokasi ke Kamp Pengungsi Pugnido dan Kamp Pengungsi Tierkidi. Kamp Pugnido menampung hampir 60 ribu pengungsi dan Kamp Tierkidi menampung 50 ribu orang.
Kedua kamp tersebut akan diperluas agar bisa menampung arus baru pengungsi.
Seorang ibu muda mengatakan kepada UNHCR ia meninggalkan rumahnya ketika hamil sembilan bulan dan melahirkan di jalan. Ia menyeberang ke Ethiopia bersama keluarganya melalui tempat masuk Pagak. Di sana lebih dari 7.000 pengungsi yang baru tiba akan didaftar sebelum dipindahkan ke berbagai kamp.
Kedatangan pengungsi tersebut sejak Desember 2013 menambah populasi pengungsi dari Sudan Selatan sebanyak 58 ribu lagi. Kebanyakan dari mereka telah berada di Ethiopia selama lebih dari 20 tahun.
Ethiopia adalah negara yang paling banyak menampung pengungsi di Afrika. Ethiopia menampung hampir 700 ribu pengungsi dari negara tetangganya, termasuk Sudan Selatan, Sudan, Somalia dan Eritrea.