REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Tiga anak muda di Melbourne memiliki cara unik membantu kaum gelandangan. Mereka membuat LSM Homeless of Melbourne dan berhasil mengumpulkan 20 ribu dolar (sekitar Rp 200 juta) untuk membuka toko baju di pusat kota.
Ketiga anak muda ini, Robbie Gillies, Marcus Crook dan Nick Pearce, mulai mengadakan pengumpulan dana setelah laman Facebook mereka Homeless of Melbourne, mendapat banyak dukungan.
Di laman itu ditampilkan cerita mengenai kehidupan gelandangan di Melbourne. Pearce dan Crook mulai mendatangi kaum homeless untuk mendengar cerita mereka, mendokumentasikannya dan membaginya dengan publik.
Kini, setelah berhasil menggalang dana yang dibutuhkan, mereka akan membuka toko baju kao di pusat kota.
Toko ini nantinya, menurut rencana mereka, selain menjual baju dengan para voluntir sebagai pegawainya, juga akan menjadi tempat bagi kaum gelandangan itu setelah pukul 5 sore.
Crook yang bekerja di pusat kota melihat langsung semakin bertambahnya homeless di Melbourne.
"Setelah bicara dengan mereka, saya pikir cerita mereka perlu diketahui oleh masyarakat luas," katanya kepada ABC baru-baru ini.
"Bukan semata-mata stigma bahwa mereka hidup menggelandang karena narkoba dan alkohol," katanya.
Gillies belakangan memutuskan untuk bergabung dengan LSM Homeless of Melbourne ini.
Ketiga anak muda itu kemudian memutuskan untuk mengumpulkan dana dan hingga 1 Mei lalu telah menerima sumbangan 12 ribu dolar lebih.
Penyumbang lainnya menggenapkan dana tersebut menjadi 20 ribu dolar. Kini mereka mencari tempat untuk dijadikan toko di pusat Kota Melbourne.
Namun setelah bertanya, ternyata harga sewa untuk tiga bulan saja mencapai 16 ribu dolar. Itu pun untuk daerah Richmond yang bukan persis di pusat kota.
Tapu ketiga anak muda ini tidaklah putus asa. Mereka akan mengetuk pintu pemilik bangunan di pusat kota dan meminta siapa tahu ada yang bersedia membagi tempat untuk mereka. Nantinya seluruh keuntungan toko baju ini akan disalurkan untuk membantu para homeless.