Kamis 07 May 2015 19:57 WIB

Kabinet Israel Telah Terbentuk

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Winda Destiana Putri
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Foto: AP Photo
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah selesai membentuk kabinet baru sebelum batas waktu berakhir.

Ketua Rumah Sayap Kanan Naftali Bennett mengatakan Israel telah memiliki pemerintahan terbaru. "Parlemen telah melalui tawar menawar dengan Partai Likud untuk posisi kabinet sehingga tak segera diumumkan," ujar dia.

Netanyahu harus berjuang setelah sekutu meninggalkannya pekan ini. Kabinet terbentuk dua jam sebelum batas waktu berakhir Kamis (7/5) dilansir Reuters.

Bennett mengajukan syarat koalisi pemerintan Israel harus melakukan aneksasi Tepi Barat. Permintaan ini berbeda dengan perjanjian Netanyahu untuk membangun pemukiman hanya dimana warga Israel tetap tinggal.

Netanyahu juga harus memberikan imbalan kedudukan untuk Rumah Yahudi. Mereka meminta jatah menteri kehakiman.

Negosiator Partai Likud Zeev Elkin mengatakan permintaan Rumah Yahudi adalah sebuah pemerasan namun mereka tetap akan berusaha memenuhinya. Netanyahu juga akan membatasi kekuasaan Mahkamah Agung untuk membatalkan Undang-Undang yang disahkan parlemen.

Netanyahu mengirim pemberitahuan resmi pada Reuven Rivlin. Netanyahu merasa terhormat dengan pemberitahuan ini dan berhasil membentuk kabinet.

Setelah kabinet terbentuk dia berharap dapat hadir dalam acara parlemen. Netanyahu didukung oleh Rumah Yahudi, Ultra Ortodox United Torah Judaism, Partai Shas dan Kulanu.

Bersama dengan partai pemenang, partai Likud mereka menguasai 61 dari 120 kursi di parlemen. Kekuasaan Netanyahu hanya unggul tipis.

Netanyahu akan berusaha untuk menambah koalisi setelah kabinet terbentu. Dia menganggap 61 adalah angka yang sudah cukup baik.

Rivlin mengatakan permintaan jatah jabatan tidak sesuai dengan visi pendiri Israel. Dia juga berharap kesetaraan bagi warga Arab.

Sekutu Netanyahu Menteri Luar Negeri Avigdor Liebermen tak sepakat dengan kebijakan yang dilakukan dia. Liebermen pun akhirnya memisahkan diri dari koalisi Netanyahu pada (17/3) lalu.

Isaac Herzog yang memimpin Uni Zionis pun meninggalkannya karena masalah kritik Kesepakatan nuklir Iran. Akhirnya mereka meninggalkan  Netanyahu dengan 53 kursi koalisi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement