Kamis 07 May 2015 18:15 WIB

Cina Peringatkan Filipina Jauhi Wilayah Reklamasi

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Winda Destiana Putri
Laut Cina Selatan
Foto: timegenie.com
Laut Cina Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Cina memeringatkan Filipina untuk menjauh dari wilayah reklamasinya di kepulauan Spratly, Laut Cina Selatan. Komandan militer Filipina yang bertugas di sekitar wilayah tersebut, Laksamana Alexander Lopez mengatakan angkatan laut dan udara Filipina diperingatkan sedikitnya enam kali.

"Saat kami melakukan patroli udara maritim rutin dan terbang di wilayah udara internasional, pesawat angkatan udara kami ditantang melalui radio," kata Lopez dilansir Reuters Kamis (7/5). Menurut Cina, tambahnya, pesawat Filipina tersebut berada di wilayah keamanan militer Cina.

Juru bicara militer Letnan Kolonel Harold Cabunoc mengatakan kapal perang Cina juga menantang pesawat patroli maritim Filipina di dekat area terumbu karang Subi, pada bulan lalu. "Mereka meminta pesawat terbang rendah dan segera meninggalkan wilayah Cina," katanya.

Seorang pejabat senior angkatan laut Filipina mengatakan peringatan-peringatan tersebut datang dalam tiga bulan terakhir. Sementara seorang pejabat angkatan udara mengatakan Cina bisa menguji coba kekuatan perairannya untuk melihat apakah mereka dapat menegakkan zona eksklusi udara di atas kepulauan Spratly.

Cina mengerahkan penjaga pantai dan kapal angkatan laut di Spratly. Komandan militer AS untuk Asia, Laksamana Samuel Locklear mengatakan Cina bisa saja menempatkan sistem radar dan misil di area tersebut untuk menguatkan zona eksklusif mereka.

Citra satelit terbaru menunjukan Cina telah membuat kemajuan pesat dalam mereklamasi lahan terumbu karang Spratly. Tampak bangunan dan landasan terbang di salah satu pulau buatan.

Lopez mengatakan Cina telah memperluas wilayah terumbu karang hingga 27 hektar dari hanya ribuan km persegi. Cina membuat pulau buatan termasuk di dua area dekat pulau Thitu yang diklaim Filipina, yaitu area Pagasa dan Second Thomas Shoal.

Cina membantah tuduhan telah melakukan tindakan provokatif. Pemerintahnya malah menuduh Filipina, Vietnam dan negara sekitar melakukan pekerjaan bangunan ilegal di Laut Cina Selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement