Sabtu 09 May 2015 00:54 WIB

Saudi Peringatkan Warga Sipil Tinggalkan Perbatasan Yaman

Rep: C36/ Red: Karta Raharja Ucu
Militer Arab Saudi siap melawan pemberontak Houthi.
Foto: Muslimmirror.
Militer Arab Saudi siap melawan pemberontak Houthi.

REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A -- Sebuah pesawat milik koalisi Arab Saudi menjatuhkan selebaran peringatan kepada warga di sebuah distrik daerah perbatasan Yaman, Jumat (8/5). Peringatan tersebut dilakukan karena serangan udara terhadap pemberontak Houthi masih terus berlanjut.

Dilansir dari BBC, selebaran dijatuhkan di Old Sa’ada, Provinsi Sa’ada yang dikuasai oleh kubu pemberontak. Sementara itu, pemberontak Houthi telah menembakkan peluru dari Sa’ada ke Saudi selama beberapa terakhir. Sedikitnya 10 orang tewas sebagai akibat serangan tersebut.

PBB melaporkan, serangan militer Saudi telah menewaskan 1.200 orang. Lebih dari setengah jumlah tersebut adalah warga sipil.

Saudi mengatakan, serangan militer mereka bertujuan mengembalikan Presiden Yaman yang kini telah diasingkan. Juru bicara koalisi Saudi, Brigadir Jenderal Ahmed Asiri, mengatakan warga Yaman disarankan menjauh dari pemberontak Houthi demi keselamatan mereka sendiri.

Ia menyatakan serangan udara yang dilakukan Kamis (7/5), ditujukan kepada pemberontak yang sebelumnya menyerang wilayah Saudi. "Tujuan kami sekarang adalah menemukan Houthi yang merencanakan serangan sebelumnya dan mereka yang masih bersembunyi di Sa’ada serta para milisi yang masih bersembunyi di tempat lain,” ujar Assiri kepada stasiun televisi Arab.

Negeri Petro Dolar itu mengaku siap melakukan gencatan senjata selama lima hari, demi alasan kemanusiaan. Namun, hal itu hanya bisa terjadi jika milisi Houthi melakukan hal serupa.

Namun, seorang pejabat Houthi senior, Mohamed al-Bukhaiti, mengatakan kepada BBC Arab pada Jumat, bahwa gencatan senjata belum secara resmi diusulkan. Houthi, kata dia, tidak akan merespons hingga rencana tersebut benar-benar telah dipersiapkan dengan baik.

Badan-badan bantuan dunia telah memperingatkan bahwa pertempuran akan menyebabkan krisis kemanusiaan  panjang di Yaman, negara yang paling miskin di Timur Tengah.

Krisis Yaman dimulai ketika Syiah Houthi yang didukung oleh loyalis  mantan presiden Yaman, mengambil alih ibukota Sana'a akhir tahun lalu. Kekuatan Sunni Arab Saudi menuduh Syiah mempersenjatai Houthi. Baik Iran dan Houthi menyangkal tuduhan itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement