REPUBLIKA.CO.ID, KATHMANDU -- UNICEF memperingatkan hampir satu juta anak di Nepal terancam putus sekolah akibat gempa bumi April lalu. Banyaknya gedung sekolah yang rusak parah menjadi penyebab kondisi tersebut.
Data yang dirilis UNICEF, Sabtu (9/5), menyatakan sembilan dari 10 sekolah yang berada di kawasan titik gempa rusak parah. Selain itu, tercatat 24 ribu ruang kelas hancur.
Saat ini, sejumlah ruang kelas darurat telah disiapkan UNICEF. Meski demikian, masih banyak anak-anak yang harus berdiri saat belajar di kelas itu.
Seorang juru bicara UNICEF di Kathmandu mengatakan, sekolah darurat tidak hanya digunakan untuk belajar. Tempat itu juga disediakan sebagai terapi untuk mengatasi trauma psikologis pasca bencana gempa.
"Selain itu, sekolah darurat juga bisa melindungi anak-anak dari kemungkinan eksploitasi," ujar dia, dilansir scotsman.com.
Respon internasional dinilai masih lambat dalam mengatasi krisis pasca gempa Nepal. PBB mengatakan dana darurat untuk membantu jutaan korban gempa sangat dibutuhkan.
Pejabat PBB di kawasan Himalaya, Jamie McGoldrick, mengatakan pihaknya telah menerima 22 juta dolar AS dana bantuan pada pekan ini. Jumlah ini jauh lebih kecil dibamdingkan pekan lalu yang mencapai 415 miliar dollar.
Menurut McGoldrick, bantuan dana sangat penting untuk perbaikan di tiga bulan pertama pasca gempa.