REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Pejuang Houthi dan Iran beserta sekutunya menyetujui gencatan senjata selama lima hari di Yaman yang diajukan Arab Saudi, Ahad (10/05). Jumat lalu Koalisi Arab Saudi mengatakan, gencatan senjata rencananya dimulai pada Selasa (12/5). Kendati demikian, Houthi akan tetap membalas serangan ketika terjadi pelanggaran kesepakatan.
Koalisi Arab yang didukung Amerika Serikat memulai serangan udara terhadap Houthi atau tentara yang setia kepada mantan Presiden Ali Abdullah Saleh pada 26 Maret lalu. Tujuannya adalah untuk memulihkan pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Houthi mengklaim kampanye yang mereka lakukan bertujuan untuk memerangi militan Alqaidah dan untuk memerangi korupsi. "Setiap pelanggaran militer saat melakukan gencatan senjata tentu akan kami balas," kata juru bicara Houthi, Kolonel Sharaf Luqman dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan kantor berita Saba.
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan Houthi Sabtu malam mengatakan, mereka akan menghadapi positif upaya untuk mengangkat penderitaan rakyat Yaman. Itu merupakan tanda bahwa mereka akan menerima gencatan senjata.