REPUBLIKA.CO.ID, SANAA – Tawaran Arab Saudi untuk mengadakan genjata senjata selama lima hari disikapi hati-hati oleh kelompok pemberontak Houthi. Mereka menginginkan pembicaraan diadakan di bawah payung PBB, bukan di Riyadh atau negara koalisi Arab Saudi lainnya.
Sebelumnya, Houthi telah menyampaikan tangapan positif mereka terhadap upaya untuk mengangkat penderitaan rakyat Yaman selama perang. Respon itu menjadi tanda bahwa mereka bisa menerima gencatan senjata selama lima hari yang diusulkan oleh Arab Saudi.
Dilansir dari aljazeera.com pada Ahad 910/5), dewan politik Houthi hari ini mengatakan bahwa mereka ingin melihat bantuan kemanusiaan dikirim kepada orang-orang Yaman sesegera mungkin.
Namun, mereka menambahkan bahwa Houthi menginginkan pembicaraan antara faksi-faksi politik diselenggarakan di bawah payung PBB. Kelompok itu tidak akan pernah menerima perundingan yang akan diadakan di Riyadh atau bangsa lain yang terlibat dalam koalisi Arab, yang telah membom negara itu sejak 26 Maret.
Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir mengumumkan tawaran gencatan senjata selama lima hari pada Kamis pekan lalu. Gencatan senjata dilakukan untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan bagi warga sipil, tetapi hanya dengan syarat para pemberontak Houthi juga menghentikan pertempuran. Jika disetujui, gencatan senjata akan dimulai pada hari Selasa depan.
Al Jazeera melaporkan dari ibukota Saudi bahwa juru bicara urusan luar negeri Houthi juga telah menulis persetujuan kelompoknya di media sosial. Ia menyebut Houthi dapat menerima gencatan senjata, jika tawaran itu nyata dan serius.
"Kami masih menunggu konfirmasi resmi lagi dari pihak Houthi. Untuk pertama kalinya sejak Saudi menawarkan gencatan senjata, kali ini Houthi tampak mempertimbangkan untuk menerima tawaran tersebut," lapor Vall.
Data PBB menyebutkan, konflik yang mengamuk di Yaman sejak 19 Maret lalu telah menewaskan lebih dari 1.400 orang, sebagian besar dari mereka warga sipil.