REPUBLIKA.CO.ID, ASUNCION -- Salah satu gereja terkemuka di Paraguay mengakui bahwa bangsanya telah terpecah belah terkait seorang gadis berusia 10 tahun yang diperkosa kemudian hamil, dan menolak upaya aborsi.
"Negara terbagi menjadi dua. Beberapa ingin melegalkan aborsi, membunuh orang yang tak bersalah selama dalam masa kehamilan. Dan di sisi lain mereka menentang gagasan itu," kata Claudio Gimenez, presiden keuskupan gereja dilansir dari laman ABC News, Senin (11/5).
Pernyataan mengenai tak akan melakukan upaya aborsi menjadi perhatian yang menguat di Paraguay. Upaya aborsi sendiri dilarang dalam semua kasus kecuali kehidupan ibu dalam bahaya.
Selain itu mantan menteri kesehatan, Esperanza Martinez mengeluh mengenai perdebatan apakah gadis tersebut mampu menanggung anak secara mental dan fisik. Adapun sebuah studi dari U.S. Centers for Disease Control menyatakan ribuan anak-anak di Amerika juga melahirkan setiap tahun.
Sebelumnya polisi setempat telah menangkap ayah tirinya yang telah memperkosa anaknya. Selain itu, ibu dari gadis tersebut telah ditahan karena dianggap gagal untuk melindunginya.