Selasa 12 May 2015 15:51 WIB

Kim Jong Un Diduga Racuni Bibinya

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
 Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un didampingi oleh sejumlah perwira militer menyaksikan latihan militer  di sebuah pangkalan udara Korea Utara.
Foto: AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un didampingi oleh sejumlah perwira militer menyaksikan latihan militer di sebuah pangkalan udara Korea Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Sebuah pengakuan dari pihak yang berseberangan dengan pemimpin Korea Selatan Kim Jong Un muncul kembali, Selasa (12/5).

Seorang oposisi yang hanya ingin disebut Park membeberkan Kim memerintahkan pemberian racun pada bibinya, Kim Kyong Hui. Kim Kyong Hui adalah istri dari paman Kim, Jang Song Thaek yang dieksekusi mati pada 2013. Park mengatakan Kim memerintahkan meracuni Kim Kyong Hui pada 5 atau 6 Mei tahun lalu.

''Kim Jong Un memberi perintah agar Kim Kyong Hui dibunuh. Hanya unit bodyguardnya, unit 974, yang tahu,'' kata Park pada CNN.

Tujuan membunuhnya, tambah Park, adalah untuk membuat Kim Kyong Hui diam setelah ia marah dan protes atas putusan terhadap suaminya.

Nasib Kim Kyong Hui saat ini masih misterius. Banyak spekulasi yang beredar setelah ia menghilang dari publik pada September 2013, beberapa bulan sebelum kematian suaminya.

Beberapa laporan menyebut ia mengalami kematian mendadak, serangan jantung, bunuh diri atau mengalami tumor otak. Namun, pada Februari badan intelijen Korea Selatan mempercayai ia masih hidup.

Badan intelijen Korea Selatan juga mengklaim Kim telah mengeksekusi sedikitnya 15 pejabat senior oposisi sejak ia berkuasa. Wakil Direktur DPRK Institute for Research into National Reunification, Park Yong Chol mengecam tuduhan Korsel.

Menurutnya, tuduhan terhadap Kim Jong Un sangat tidak pantas. Ia juga membela putusan eksekusi. ''Normal bagi negara mana pun menghukum dan mengeksekusi musuh negara,'' kata dia.

Pengakuan Park diperoleh CNN ketika menyelidiki anggota lapis paling dalam pemimpin Korut tersebut. Park tidak ingin identitas aslinya dipublikasikan karena khawatir akan keselamatan dirinya dan keluarganya yang berada di Pyongyang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement