Selasa 12 May 2015 22:22 WIB

Es Laut di Antartika Meluas, Pengiriman Pasokan via Kapal Makin Sulit

Red:
 Cakupan es laut di Antartika mencapai level terluasnya sejak pencatatan dimulai pada September 2014.
Foto: Sandra Zicus/ Australian Antarctic Division
Cakupan es laut di Antartika mencapai level terluasnya sejak pencatatan dimulai pada September 2014.

REPUBLIKA.CO.ID, HOBART -- Para ilmuwan berkumpul di Hobart untuk membahas bagaimana memerangi masalah perluasan es laut Antartika. Di sekitar Kutub Selatan, tingkat kemunculan es laut berada di rekor tertinggi dan membuat kapal-kapal semakin sulit mengirim pasokan.

Helikopter telah menjadi modus pengiriman yang lebih bisa diandalkan di pangkalan Mawson milik Australia, ketika kapal tak mampu menembus es laut yang tebal.

Manajer operasional lembaga ‘Divisi Antartika Australia’, Robb Clifton, mengatakan, semakin banyak es laut berarti biaya pengiriman lebih mahal.

"Kami mungkin menggunakan sepertiga dari jumlah bahan bakar yang kami kirimkan untuk menghidupkan pesawat yang mengirim bahan bakar itu. Ini adalah proposisi yang jauh lebih mahal,” jelasnya baru-baru ini.

Ia mengatakan, "Saat ini, kami belum melihat adanya ancaman penutupan terhadap stasiun ini, tapi tentu saja semakin sulit untuk mempertahankannya."

Para peneliti mengatakan, rintangan es yang terbentuk di sekitar benua itu dikarenakan kondisi cuaca yang lebih berangin.

Ilmuwan Tony Worby mengatakan, kondisi tersebut, dan formasi es yang konsekuen, adalah efek samping dari perubahan iklim.

"Kita tahu bahwa penguatan angin di sekitar Antartika didorong oleh penurunan ozon dan peningkatan gas rumah kaca. Keduanya adalah akibat dari aktivitas manusia," sebutnya.

Masalah ini paling banyak menghabiskan biaya dua musim lalu, ketika helikopter digunakan untuk mengirim bahan bakar ke stasiun Mawson karena kapal pemecah es tidak bisa melewati es.

Dalam tiga tahun terakhir, tingkat ketinggian es laut di Antartika telah dicatat setiap tahunnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement