REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Pengadilan tinggi Afrika Selatan menahan lebih dari 300 imigran ilegal di negaranya. Para imigran itu ditangkap dalam beberapa minggu terakhir setelah digerebek di sekitar Johannesburg.
Namun pemerintah Afrika Selatan masih menunda proses deportasi para imigran tersebut. Hal ini karena organisasi pengacara internasional untuk hak azasi manusia mengahadap pengadilan tinggi di sana untuk membatalkan tindakan tersebut. Organisasi pengacara internasional itu juga diizinkan berkonsultasi dengan para imigran setelah sebelumnya dilarang melakukan hal itu.
Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma mengaku prihatin pada nasib para imigran ilegal yang ada di negaranya. Selain karena adanya kasus xenophobia, para imigran itu juga tidak berdokumen resmi.
"Saya berjanji akan melakukan sesuatu untuk mereka (imigran ilegal)," kata Zuma dalam pidatonya yang memperingati ulang tahun pemilu demokratis pertama di negara tersebut, seperti dilansir BBC News, Selasa (12/5).
Untuk sementara, para imigran ilegal itu ditahan di pusat repatriasi Lindela, sekitar 25 kilometer arah barat Johannesburg. Para imigran dijadwalkan akan dideportasi pada Rabu.
Sebelumnya, pihak berwenang Afrika Selatan telah berada ada di bawah tekanan karena kasus xenophobia yang berada di sana. Sedikitnya tujuh orang tewas dan 5 ribu imigaran lainnya luka-luka dalam kekerasan xenophobia yang terjadi di Afrika Selatan.
Jacob Zuma juga mengutuk serangan pada imigran yang terjadi di negaranya. Zuma juga telah menempatkan aparat militer di daerah-daerah yang rawan terjadi xenophobia.