REPUBLIKA.CO.ID, TAIZ – Warga Yaman mengungkapkan pasukan Houthi telah menggunakan banyak situs yang rusak sebagai tempat untuk menghimpun pejuang dan menyimpan senjata. Padahal, lembaga kebudayaan PBB (UNESCO) telah memperingatkan kedua belah pihak untuk tidak melibatkan tempat bersejarah dalam perang.
"Serangan ini menghancurkan warisan budaya Yaman yang unik, yang merupakan repositori identitas, sejarah dan memori rakyat, dan kesaksian yang luar biasa untuk pencapaian peradaban Islam," kata direktur kelompok PBB, Irina Bokova dalam sebuah pernyataan, Selasa (12/5).
Dilansir dari Reuters pada Rabu (13/5), serangan udara pada pekan ini di kubu utara milisi Muslim Syiah di Saada, Yaman, yang dipimpin oleh aliansi Muslim Sunni Arab telah meratakan sebagian bangunan dari Masjid Hadi yang berusia 1.200 tahun di kota itu. Kota tersebut merupakan kursi tertua pembelajaran Syiah di Semenanjung Arab.
Kota berdinding pra-Islam Barakish di utara Yaman, ibukota kerajaan perdagangan yang biasa mengirim dupa Arab untuk mengharumkan kuil Yunani kuno dan Roma, juga telah dibom oleh aliansi yang mencoba untuk membalikkan keuntungan Houthi.
Benteng Ottoman dari batu putih di puncak gunung yang menghadap ke pusat kota Taiz telah dihancurkan berhari-hari setelah para pejuang sekutu Iran, kekuatan dominan Yaman, bersembunyi di sana. Penghancuran budaya telah memberikan Houthi kesempatan untuk memoles kepercayaan nasionalis mereka sebagai sebuah gerakan menolak agresi asing dan membela identitas negara.
“Aliansi ini bukan hanya membunuh pria, wanita dan anak-anak, tapi segala hal yang mendefinisikan masyarakat Yaman dan perjuangannya. Agresi tidak bisa menghapus budaya Yaman dengan bomnya,”ujar seorang warga Taiz yang marah.