Kamis 14 May 2015 13:57 WIB

PBNU: Pengakuan Vatikan Atas Negara Palestina tak Signifikan

Rep: C38/ Red: Bayu Hermawan
Seorang anak di Palestina.
Foto: vi.sualize.us
Seorang anak di Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Slamet Effendy Yusuf menilai pengakuan Vatikan terhadap negara Palestina, tidak memiliki pengaruh signifikan bagi negara-negara Eropa dan Amerika.

"Saya sendiri tidak memandang pernyataan ini pasti membawa pengaruh signifikan. Israel, Amerika, dan negara-negara Barat selalu bermata gelap. Mereka menggunakan double strandar untuk memandang soal kebebasan, kemerdekaan, dan kemanusiaan. Secara politis menjadi berita, tapi saya kira tidak signifikan," jelasnya kepada Republika, Kamis (14/5).

Menurutnya, Vatikan juga harus mendorong terjadinya perjanjian antara Israel dan Palestina yang disaksikan oleh negara-negara pro-Israel, seperti Amerika.

"Vatikan sebagai suatu negara yang memiliki pengaruh spiritual pada negara-negara Barat bagus kalau menyatakan begitu. Bagaimanapun juga persoalan Palestina adalah persoalan kemanusiaan," katanya.

Konflik Palestina-Israel telah menjadi krisis kemanusiaan sejak puluhan tahun lalu. Warga negara Palestina bukan hanya umat Islam, tetapi juga Kristen dan Katolik. Di Yerusalem, banyak umat Katolik yang terusir karena mereka warga negara Palestina.

Oleh karena itu, Slamet Effendy menilai wajar jika Vatikan menyatakan dukungannya terhadap Palestina. Ketua PBNU ini berpendapat, pernyataan dukungan itu harus ditindaklanjuti dengan perundingan.

"Saya harapkan ketika Vatikan mulai berpendapat begitu, harus juga bicara dengan negara-negara yang selama ini secara apriori melindungi Israel, terutama Amerika," katanya.

"Akan jauh lebih signifikan kalau ada perundingan dua pihak langsung antara Israel dan Palestina, disaksikan oleh negara-negara yang selama ini pro-Israel, seperti yang dulu pernah terjadi di perundingan Camp David," tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement