REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah pengamat menilai, dukungan Vatikan terhadap negara Palestina telah menawarkan angin segar bagi konstelasi politik di bumi Al Aqsa itu.
Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri KH. Muhyiddin Junaidi berpendapat, dukungan Vatikan terhadap Palestina harus menjadi peringatan bagi AS agar menanggalkan standar gandanya.
"Sekarang ini, AS seharusnya jangan mempertahankan kebijakan standar ganda dalam melihat persoalan Palestina. Amerika harus punya sikap yang jelas, jangan terlalu mendukung Israel dengan sikap membabi buta. Kemerdekaan Palestina sudah menjadi opini dunia," jelasnya kepada Republika, Kamis (14/5).
Bukan hanya negara-negara Arab, dukungan telah datang dari negara-negara anggota PBB, Uni Eropa, dan sebagainya. Saatnya AS membuka mata agar tidak terlalu menganakemaskan Israel. AS harus mendengarkan opini dunia yang menginginkan kemerdekaan negara Palestina, sesuai prinsip kemerdekaan yang selama ini digembar-gemborkan Barat.
Sebelumnya, para pengamat menilai kemenangan Netanyahu adalah sebuah kekalahan bagi perjuangan Palestina. Ia dikenal sebagai Yahudi yang keras kepala. Kini, arah angin sudah berbalik. Dengan adanya dukungan ini, Palestina memiliki kekuatan lebih untuk melakukan lobi-lobi kepada negara-negara anggota PBB.
Muhyiddin mengungkapkan, dunia kini juga semakin kritis terhadap sikap Amerika. Negara yang mengaku sebagai the only super power ini selalu menggunakan cara pandang, yang bukan sekedar bipolar lagi, tetapi multipolar. Semakin banyak orang yang tidak setuju dengan standar ganda yang mereka terapkan ini.
"Seharusnya, sejak dulu Vatikan mengakui Palestina karena Isa al Masih yang mereka percayai lahir di sana. Sekarang, Vatikan sudah bersikap adil, jelas dan berani. Tinggal Amerika sekarang harus sadar kalau masyarakat dunia tidak bisa lagi dibodohi dengan manipulasi kebijakan, publikasi, dan media," tandasnya.