REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Wahana riset Badan Antariksa Uni Emirat Arab (UEA) akan menjalankan misi ke planet Mars pada 2020 mendatang. Alat canggih seberat 1.500 kilogram bernama Hope (al-Amal dalam bahasa Arab) itu diprediksi bisa memecahkan misteri atmosfer Mars.
Co-Investigator Hope sekaligus Kepala Investigator MAVEN (Mars Atmosphere and Volatile Evolution Mission) NASA, Bruce Jakosky, cukup optimis akan hal tersebut. Menurutnya, misi Hope akan melengkapi pemahaman atas planet Mars.
“Hasil misi yang dilakukan Hope akan menjadi kontribusi berharga. Dan jika MAVEN masih beroperasi ketika Hope berhasil dalam misinya, kombinasinya akan sangat luar biasa,” cetus Jakosky, dikutip dari Forbes.
Selama ini, planet Mars masih menyimpan teka-teki terkait ketiadaan air jangka panjang melalui foto-disosiasi atmosfer. Artinya, ada kerusakan zat kimia reaktif dari air (H2O) yang diakibatkan oleh foton yang dibawa matahari.
Roket riset Hope yang diestimasi menghabiskan waktu selama empat tahun di orbit Mars, akan mengamati awan dan badai debu di Mars, serta perubahan lapisan atmosfer. Untuk pertama kalinya, akan dilakukan observasi bagaimana atmosfer Mars berinteraksi dengan topografi planet yang bervariasi. Mulai dari perisai gunung berapi Olympus Mons, hingga ngarai Valles Marineris.
Untuk itu, setelah masuk ke dalam orbit elips 55 jam pada kuartal pertama 2021, Hope akan melaksanakan dua tahun misi ilmu nominalnya pada ketinggian berkisar 22.000 hingga 44.000 kilo meter. (Baca: Punya Misi ke Mars, Begini Kebanggaan Warga Uni Emirat Arab)
Dari sana, misi akan menyelidiki bagaimana level terbawah dan teratas atmosfer Martian terhubung. Salah satu tujuannya adalah untuk menciptakan gambaran global pertama bagaimana atmosfer Mars berubah sepanjang hari dan di antara musim.
Hope juga akan mengukur secara spesifik sifat atmosfer terbawah seperti konten debu dan suhu atmosfer, guna memetakan seluruh planet tersebut. Pengukuran itu akan membantu mengisi kekosongan tentang bagaimana dan mengapa atmosfer yang lebih rendah memengaruhi hilangnya oksigen dan hidrogen dari atmosfer atas ke ruang angkasa.
Selanjutnya, misi Hope akan mengirimkan kembali lebih dari 1.000 gigabytes data yang akan dikumpulkan dan dianalisis di UEA. Kemudian, data tersebut dibagikan dengan lembaga mitra dan komunitas global yang mempelajari Mars.
“Badan Antariksa UEA sangat konsisten bahwa mereka tidak sekadar melakukan demonstrasi misi teknologi. Mereka ingin berkontribusi secara substansial untuk eksplorasi dunia dan pemahaman tentang Mars,” kata Jakosky.