Jumat 15 May 2015 15:15 WIB

Sekjen PBB Kutuk Upaya Kudeta di Burundi

Peta Burundi. Ilustrasi
Peta Burundi. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PBB, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon pada Kamis (14/5) mengatakan sangat prihatin dengan perkembangan di Burundi, dan mengutuk upaya untuk menggulingkan pemerintah hasil pemilihan umum dengan kekuatan militer.

Protes rusuh meletus setelah partai yang berkuasa di Burundi pada April mencalonkan Presiden petahana Pierre Nkurunziza sebagai calonnya untuk maju dalam pemilihan presiden, yang dijadwalkan pada 26 Juni.

Nkurunziza saat ini memangku jabatan keduanya sebagai presiden. Para penentangnya berkeras pencalonannya bagi masa jabatan ketiga akan melanggar Undang-Undang Dasar 2005 di negeri tersebut.

Burundi terperosok ke dalam kekacauan pada Rabu (13/5), saat mantan kepala Dinas Intelijen Nasional Burundi Mayor Jenderal Godefroid Niyombare mengumumkan melalui satu stasiun radio bahwa militer telah menggulingkan presiden dan para pelaku sedang berusaha membentuk pemerintah peralihan.

"Sekretaris Jenderal sangat prihatin dengan perkembangan di Burundi sejak pengumuman pencalonan Presiden Nkurunziza bagi pemilihan presiden dan terutama setelah pengumuman kudeta pada 13 Mei," kata satu pernyataan yang dikeluarkan oleh juru bicara Ban.

"Sekretaris Jenderal sekarang mendesak semua pihak agar tenang dan menahan diri," kata pernyataan itu dikutip Xinhua, Jumat (15/5).

Menurut jubir itu, Ban mendesak semua pemimpin keamanan dan politik agar dengan tegas dan terbuka menolak penggunaan kekerasan. Mereka juga diharap menahan diri dari tindak balas-dendam dan mengekang anggota mereka.

"Sehubungan dengan ini, ia sepenuhnya yakin bahwa Dewan Keamanan akan mempertimbangkan berbagai alat yang ada dalam mengkaji situasi di Burundi, termasuk yang berkaitan dengan pertanggung-jawaban," kata pernyataan tersebut.

Pada saat upaya kudeta, Presiden Burundi Pierre Nkurunziza sedang dalam perjalanan ke Tanzania untuk menghadiri pertemuan puncak luar biasa Masyarakat Ekonomi Afrika Timur (EAC) guna membahas pertikaian politik di negerinya.

Keberadaan Nkurunziza masih belum diketahui. Laporan dari Burundi mengatakan terjadi baku-tembak sengit dan pemboman pun terjadi di Ibu Kota Burundi, Bujumbura, antara tentara oposisi dan prajurit yang setia kepada Presiden Nkurunziza.

Pernyataan tersebut juga mengatakan melalui Utusan Khusus Ban untuk Danau Raya Said Djinnit, PBB akan terus bekerjasama dengan EAC, Uni Afrika dan mitra lain dalam upaya gabungan untuk membantu menyelesaikan krisis di Burundi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement