REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan PBB untuk kesehatan dan kesejahteraan anak-anak (UNICEF) mengkhawatirkan kelahiran bayi-bayi di Nepal yang tidak mendapatkan perawatan kesehatan dasar di wilayah yang terkena dampak dua kali gempa besar.
"Sekitar 12 bayi lahir setiap jam tanpa mendapatkan perawatan kesehatan dasar di wilayah yang terkena dampak dua gempa dahsyat akibat kerusakan besar fasilitas kelahiran," kata staf perwakilan UNICEF di Nepal Tomoo Hozumi, Sabtu (17/5).
UNICEF mengingatkan hingga satu bulan mendatang, 18.000 nyawa bayi dan ibu melahirkan terancam jika tidak ada tindakan untuk memperbaiki sistem perawatan kesehatan.
Sedikitnya 70 persen pusat bersalin di 14 distrik wilayah yang terkena dampak gempa mengalami rusak parah atau hancur. Selain itu, banyak perempuan hamil yang tidak memiliki akses untuk mendapat perawatan guna memastikan keadaan bayi mereka karena fasilitas yang tersedia dibanjiri oleh pasien lain.
"Ribuan orang kehilangan rumah mereka, termasuk para ibu yang tidak memiliki tempat aman untuk tinggal dengan bayi mereka yang baru lahir. Kami sangat khawatir dengan keselamatan bayi serta ibu mereka," kata Hozumi.
Sebelum gempa berkekuatan 7,8 SR pada 25 April dan gempa 7,3 SR pada 12 Mei lalu, akses perawatan kesehatan ibu dan bayi di Nepal dinilai masih sangat terbatas.