REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Perdana Menteri Kamboja Hun Sen belum membuat keputusan akhir untuk menerima empat pengungsi yang akan pergi ke Australia, kata seorang pejabat pemerintah, Sabtu (16/5).
Pejabat tersebut menanggapi laporan bahwa keempat pengungsi itu diterbangkan dari satu kamp tahanan di Nauru ke Darwin, Australia, untuk menunggu penerbangan ke Kamboja. "Empat pengungsi secara sukarela telah setuju untuk ditempatkan kembali di Kamboja, setelah pejabat kami mengunjungi Nauru sebanyak tiga kali untuk memberitahu mereka situasi di Kamboja," kata Jen. Sok Phal, Kepala Departemen Imigrasi Umum, kepada wartawan.
Ia mengatakan Departemen Imigrasi Umum, melalui Kementerian Dalam Negeri, sudah mengajukan dokumen mengenai keempat itu kepada Hun Sen bagi keputusan akhir.
"Sampai saat ini, kepala pemerintah belum membuat keputusan apa pun," kata pejabat tersebut, sebagaimana dikutip Xinhua, Ahad (17/5).
Keempat pemohon itu adalah seorang pria minoritas Myanmar, Rohingya, sepasang warga negara Iran dan seorang pria Iran.
Kamboja dan Australia menandatangani kesepakatan pengungsi pada September, dan berdasarkan kesepakatan itu Australia akan mengirim pengungsi yang ingin mencari suaka di Australia dan kini ditahan di kamp tahanan lepas pantai di negara Pulau Kecil Nauru di Pasifik untuk dimukimkan kembali di Kamboja.
Kesepakatan tersebut telah mengundang kecaman dari kelompok hak asasi manusia dan partai oposisi di kedua negara itu. Mereka menyatakan Kamboja terlalu miskin untuk menerima pengungsi dan menuduh Australia melemparkan tanggung-jawab hak asasi manusianya ke negara lain yang lebih miskin dan kekurangan sumber daya.
Kamboja menyatakan kewajiban internasionalnya lah untuk menerima pengungsi sebab negara itu adalah salah satu penandatangan Konvensi Pengungsi 1951 dan Protokol 1967, yang berkaitan dengan Pengungsi.