REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Putusan hukuman mati yang dijatuhkan kepada mantan Presiden Mesir, Muhamad Mursi dan 121 terdakwa lainnya menuai berbagai tanggapan emosional. Kemarahan dan kecaman datang dari berbagai pihak termasuk para terdakwa.
"Vonis ini tak bernilai. Mereka (hukuman mati) tidak bisa dijalankan," ungkap pengkhutbah ternama yang juga salah satu terdakwa hukuman mati, Youssef al-Qaradawi dikutip dari Albawaba News, Ahad (17/5).
Ia dituduh telah terlibat dalam upaya menghasut penduduk lain untuk melawan Mesir. Namun, ia menilai tuduhan yang dilontarkan terhadapnya itu tak berdasar.
"Hal yang biasa bagi orang yang berbicara melawan ketidakadilan," katanya.
Hal sama juga diutarakan terdakwa lainnya, Eman Shahih. "Saya dijatuhi hukuman in absentia untuk mati. Saya tegaskan penolakan atas semua tuduhan yang dilontarkan terhadap saya," kata pengajar di sebuah Universitas Amerika tersebut.
Juru bicara Ikhwanul Muslimin, Mohamed Montasser menggambarkan hukuman mati yang dijatuhkan terhadap Mursi dan terdakwa lainnya sebagai kegagalan untuk membawa demokrasi ke Mesir.
"Kami akan mempertahankan revolusi kita," ujar dia.
Aisha, putri dari wakil pemimpin tertinggi Ikhwanul Muslimin, Khairat al-Shater mengungkapkan bahwa hukuman mati yang dijatuhkan kepada ayahnya menunjukkan ketidak adilan dan fasisme dari sistem peradilan Mesir. Ia dan keluarganya akan terus menentang otoritas saat ini bersama dengan revolusioner lainnya untuk memperjuangkan kebebasan, martabat dan keadilan.
Namun demikian, dibalik kekecewaan dan kemarahan ini terdapat pihak yang tengah berbahagia. Pengacara Tarek al-Khouli yang dikenal menentang Ikhwanul Muslimin memberi senyum lebar dan tepuk gembita terhadap hukuman mati terhadap Mursi dan terdakwa lainnya.
"Mesir yang memiliki keajaiban selamat dari kejahatan orang-orang Islam megah sebelumnya, akan menang dalam pertempuran saat melawan mereka," ungkap dia dalam sebuah pernyataan.
Aktivis Mohamed Hussein selaku Koordinator Gerakan Tamarod anti-Ikhwanul memuji keputusan hukuman mati yang diberikan.
"Hari ini adalah kebahagiaan untuk semua orang Mesir," ujarnya. Sebab, kata dia, Mesir telah lama menunggu putusan hukuman mati terhadap para orang-orang yang mereka sebut pengkhianat tersebut.