REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Perdana Menteri Prancis Manuel Valls, menyatakan tidak sepakat dengan rencana Uni Eropa yang akan memberlakukan kuota terhadap para imigran.
"Saya tidak sepakat dengan pemberlakuan kuota bagi imigran. Penolakan ini tidak terkait dengan posisi Prancis," tegasnya saat mengunjungi Menton, Sabtu (16/5) lalu.
Menton merupakan sebuah kota kota di perbatasan Prancis-Italia. Kota ini sempat disinggahi 200 imigran yang terdampar di Italia.
Menurut kesepakatan Uni Eropa, kuota imigran bagi negara penerima berdasarkan jumlah populasi, tingkat kemakmuran dan ketersediaan lapangan kerja.
Prancis diminta menerima 14,17 persen dari semua imigran yang mencapai Uni Eropa. Sementara Jerman menerima 18,42 persen, diikuti Italia sebesar 11,84 persen Italia dan Spanyol sebanyak 9 persen.
Menurut Valls, Prancis telah memberikan banyak kesempatan kepada para imigran. Sebab negara tersebut sudah membantu 5.000 pengungsi Suriah dan 4.500 dari Irak sejak 2012. "Suaka adalah hak. Itulah alasan mengapa jumlah penerima kuota suaka tidak dapat ditentukan,” tambahnya.
Pekan lalu, Republik Ceko, Estonia, Latvia, Lithuania dan Slovakia menyatakan tidak akan membuka kuota bagi imigran. Selain itu, Inggris, Irlandia dan Denmark tidak diwajibkan untuk ambil bagian dalam penerimaan imigran.