REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Uni Eropa menyiapkan setumpuk rencana untuk menjadi juru kunci perdamaian baru antara Israel dan Palestina. Diplomat Tinggi Perwakilan Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri, Federica Mogherini mengatakan, komunitas Benua Biru itu siap menjadikan persoalan Israel-Palestina sebagai prioritas baru agenda politik luar negerinya.
"Saya percaya, satu hal yang jelas bahwa untuk semua orang di wilayah tersebut (Israle-Palestina) tidak memilih status quo," ujar Mogherini, kepada AP, dan dilansir al-Arabiyah, Selasa (19/5).
Dikatakan olehnya, rencana memulai aksi diplomasi untuk memulai kembali pembicaraan damai Israel-Palestina akan dia lakukan dengan kunjungannya ke sejumlah negara Timur Tengah pada Rabu (20/5) dan Kamis (21/5).
Kunjungan tersebut dimaksudkan dia untuk mendorong sejumlah negara-negara terkait isu utama memecah kebuntuan perundingan damai antara Israel-Palestina. Upaya mendamaikan Israel-Palestina menapaki jalan buntu setelah Palestina mendapatkan pengakuan dari sejumlah negara-negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Bahkan pada 2012, PBB mengakui Palestina sebagai negara non anggota. Sebelum itu, Palestina hanya diakui sebagai otoritas pengamat. Pengakuan 193 negara di Majelis Umum PBB itu membuat Israel berang. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, memutuskan untuk menutup semua celah perundingan damai dengan otoritas di Ramallah.
Terakhir, pada 17 Maret lalu, ketika kampanye pemilihan umum, Netanyahu menegaskan, kebijakan politiknya menyatakan "tak akan ada lagi negara Palestina."