Selasa 19 May 2015 09:07 WIB
Muslim Rohingya

UNHCR Apresiasi Rakyat Indonesia Bantu Pengungsi Rohingya

Rep: c14/ Red: Satya Festiani
Sejumlah imigran etnis Rohingya, Myanmar dan Bangladesh dibantu personel TNI dan Polri mengangkat barang bantuan warga, ketika dilakukan proses pemindahan dari penampungan sementara, Pangkalan Susu, Langkat, Sumatera Utara, Senin (18/5).
Foto: Antara/Irsan Mulyad
Sejumlah imigran etnis Rohingya, Myanmar dan Bangladesh dibantu personel TNI dan Polri mengangkat barang bantuan warga, ketika dilakukan proses pemindahan dari penampungan sementara, Pangkalan Susu, Langkat, Sumatera Utara, Senin (18/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan PBB untuk urusan pengungsian (UNHCR) mengapresiasi budi baik rakyat Indonesia, khususnya warga Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara, yang telah menolong para pengungsi Rohingya.

Sebagaimana dilansir situs resmi UNHCR, badan dunia ini menyebut, ketika sejumlah pemerintah di kawasan Asia Tenggara mengabaikan nasib para pengungsi Rohingya, rakyat Indonesia dengan cepat tanggap menolong mereka.

Para pengungsi itu diketahui sudah berhari-hari terkatung-katung di tengah Laut Andaman. Mereka melarikan diri dari kampung halaman mereka di Myanmar lantaran dianggap bukan warga negara tersebut.

UNHCR menyebut, sejumlah nelayan Aceh dan Sumatera Utara menyelamatkan lebih dari 1.300 orang pengungsi Rohingya. Sebelum diselamatkan, ribuan orang itu dengan putus asa berusaha bertahan di atas perahu yang kelebihan penumpang. Banyak pula yang nekat berenang-renang untuk sampai ke pantai Sumatera.

Salah satu pengungsi itu sebut saja Fatimah (18 tahun). Suaminya, seorang nelayan, terbunuh secara misterius setahun yang lalu. Lantaran tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan kedua anaknya, Fatimah memutuskan pergi untuk tinggal bersama dengan saudara perempuannya di Malaysia.

Semua uangnya, total 200 ribu kyats (setara 180 dolar AS) habis untuk bisa membawa dia dan kedua anaknya ikut perahu penyelundup. Tapi, dalam perjalanannya, pengemudi perahu itu transit ke beberapa titik, sehingga perahu itu penuh sesak. Semua penumpang diberi makan dua kali sehari, berupa nasi atau ikan kering.

Malang bagi Fatimah, anak-anaknya, dan semua pengungsi Rohingya di atas perahu itu. Tepat ketika perahu itu masih di tengah laut, sang pengemudi kabur meninggalkan mereka.

"Perahu lantas dikendalikan oleh beberapa dari kita yang tahu tentang kapal. Kita terus berlayar hingga bahan bakar habis," kenang Fatimah, seperti dikutip situs UNHCR, Senin (18/5). Fatimah juga menyebut, sejumlah pengungsi memilih untuk terjun ke laut dan berusaha berenang ke tepi pantai dengan putus asa.

Pada 10 Mei 2015, perahu yang mengangkut 584 penumpang itu, terdiri atas pria dewasa, perempuan, dan anak-anak, akhirnya diselamatkan oleh sejumlah nelayan lokal asal Aceh.

"Mereka para nelayan dan warga di sini sangat menolong kami," kata Fatimah, "Mereka membawa kami ke masjid terdekat dan mengizinkan kami untuk beristirahat di sana, juga menyediakan makanan dan air bersih untuk kami."

Tidak sedikit di antara pengungsi Rohingya yang menderita dehidrasi akut atau penyakit lainnya. Terombang-ambing berhari-hari di laut membuat banyak dari mereka yang depresi. Sejumlah warga lokal membantu para pengungsi agar lekas pulih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement