REPUBLIKA.CO.ID, RAMADI -- Ribuan milisi Syiah telah bersiap melakukan perlawanan terhadap kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), untuk merebut kembali Ramadi.
Sekitar 3.000 milisi Syiah berkumpul di sebuah pangkalan militer dekat Ramadi. Kepala Dewan Provinsi Anbar Sabah Karhout mengatakan, milisi Syiah yang dikenal dengan Hashid Shaabi atau Mobilisasi Populer telah mencapai pangkalan di Habbaniya. Mereka telah siaga untuk melakukan perlawanan.
Seorang saksi mata menggambarkan, iringan panjang kendaraan lapis baja dan truk yang dilengkapi senapan mesin dan roket. Mereka mengibarkan bendera kuning Kataib Hizbullah, bergerak menuju sebuah pangkalan militer yang terletak sekitar 30 kilometer dari Ramadi.
Jatuhnya Ramadi membuat Menteri Pertahanan Iran Jenderal Dossein Dehghan melakukan kunjungan dadakan ke Baghdad. Ia menggelar pertemuan darurat dengan para pemimpin Irak dan bertemu dengan Perdana Menteri Haider al-Abadi.
Direbutnya Ramadi merupakan kekalahan besar bagi pasukan keamanan dan militer Irak. Beberapa analisis mengatakan jatuhnya Ramadi menunjukkan terbatasnya strategi serangan udara Amerika Serikat.
Analis sekaligus penulis buku tentang ISIS Hassan Hassan mengatakan, AS selama ini melancarkan kampanye serangan udara untuk melumpuhkan ISIS. Namun ternyata militan ISIS berhasil masuk ke kota tersebut dan mengalahkan pasukan lokal.
"Jadi mereka (AS) benar-benar perlu datang dengan strategi baru, dan benar-benar melakukan perlawanan pada ISIS," katanya dilansir Reuters Selasa (19/5).
Tapi para pejabat AS mengatakan, tak akan ada perubahan strategi dan pasukan Irak bertanggung jawab untuk mengalahkan ISIS. Juru bicara Pentagon Kolonel Steve Warren mengatakan, pasukannya akan merebut kembali Ramadi. Mereka akan menggunakan cara yang sama dengan perebutan sejumlah kota lain di Irak.
"Kami akan merebut kembali (Ramadi) dengan cara yang sama, perlahan tapi pasti merebut kembali bagian-bagian lain dari Irak bersama pasukan darat Irak dan serangan udara koalisi," ungkap Warren.
Sementara pemerintah di Baghdad mendesak suku Sunni Anbar menerima bantuan dari milisi Syiah, banyak dari mereka khawatir akan ancaman yang lebih buruk dari ISIS. Beberapa suku Anbar khawatir akan kehadiran milis Syiah di daerah dominasi Sunni itu.
Pejabat Senior Iran Ali Akbar Velayati mengatakan, Teheran siap untuk membantu menghadapi ISIS. Ia juga yakin Ramadi akan segera dibebaskan.
PBB mengatakan, sekitar 25 ribu orang telah meninggalkan Ramadi sejak kota tersebut diserang ISIS. Sementara sekitar 500 orang telah tewas dalam pertempuran Ramadi beberapa hari terakhir ini.
ISIS mengatakan, telah menyita tank dan membunuh puluhan orang yang mereka anggap murtad. Seorang saksi mata mengatakan, mayat polisi dan tentara tergeletak hampir di setiap jalan. Sedangkan kendaraan militer didekatnya habis terbakar.
Menteri pemerintah Irak Qassim al-Fahdwi mengatakan, pasukan Irak tak memiliki profesionalisme, pelatihan dan displin untuk menghadapi sejumlah kecil militan ISIS yang terampil. Banyak dari mereka melarikan diri setelah kekalahan di Ramadi.
Menurut warga setempat, jalan-jalan di Ramadi sepi sehari setelah jatuhnya kota ke tangan ISIS. Hanya beberapa orang yang tampak berkeliaran keluar rumah untuk mencari makanan.
Warga mengatakan, ISIS kerap mendatangi rumah warga untuk mencari apakah ada anggota pemerintahan. Mereka juga membobol rumah polisi dan suku pro-pemerintah, dan menahan sekitar 30 orang diantaranya. Rumah dan toko milik milisi Sunni pro-pemerintah dijarah atau dibakar.