Selasa 19 May 2015 20:52 WIB

Duh...Makin Banyak Anak di Australia Menjadi Pelaku Kekerasan

Red:
ilustrasi kekerasan
Foto: antara
ilustrasi kekerasan

REPUBLIKA.CO.ID, VICTORIA -- Ribuan orang tua di Australia tengah mencari bantuan polisi dan pengadilan untuk melindungi mereka dari aksi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Jangan salah, hal yang ditakutkan justru anak mereka sendiri.

Kini, hal itu menjadi masalah yang signifikan dan berkembang, diperkirakan mencapai sekitar 9% dari seluruh KDRT.Tahun lalu di negara bagian Victoria, polisi menerima lebih dari 4.000 insiden KDRT di mana anak-anak adalah pelakunya.

Seorang ibu asal Victoria, Tina Broadby, mengatakan, ia takut bahwa anaknya, Shane, bisa membunuh salah seorang putrinya, yang berusia antara 7-16 tahun.

"[Saya khawatir] ia akan menyakiti salah satu gadis-gadis ini dan mungkin membunuh salah satunya karena saya pikir, itulah betapa buruknya kemarahan," ujarnya.

Shane sendiri menyadari perilaku kekerasan itu dan mengatakan, ia khawatir ia bisa menyakiti saudara-saudara perempuannya.

Ketika ditanya apakah itu termasuk kemungkinan menewaskan salah satu dari mereka, ia setuju.

"Ya, mungkin," sebut Shane.

Shane dibesarkan dalam rumah tangga yang penuh kekerasan dan sering melawan ayahnya.

Ia mengaku telah meninju ibunya dan melempar saudara-saudara perempuannya ke lantai, dan ibunya mengatakan, Shane telah mencoba untuk mencekik salah satu dari saudara-saudara perempuannya.

Shane, yang kini berusia 18 tahun, mengatakan, ia tidak memiliki memori atas banyak serangan ini.

Ia menyalahkan saudara-saudara perempuannya karena memulai masalah.

"Setelah mereka ... mendorong saya dan semacamnya atau menyumpahi saya, saya pergi ke kamar tapi mereka menghalangi pintu sehingga saya tak bisa masuk atau keluar," katanya.

Ia menambahkan, "Jadi itu yang membuat saya marah kemudian saya mendorong mereka atau saya biasanya melempar mereka."

Sulitnya tangani anak pelaku kekerasan

Sebuah program bernama ‘Time for Youth’ di negara bagian Victoria merupakan salah satu dari sedikit lembaga yang menawarkan konseling dan dukungan lain bagi keluarga dan anak-anak mereka yang melakukan kekerasan.

Badan ini mencoba untuk mendaftarkan Shane ke dalam kursus pelatihan, yang memberinya sarana pelampiasan non-kekerasan atas masalah-masalahnya.

Polisi mengatakan, merespon kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak adalah salah satu bagian yang paling sulit dari pekerjaan mereka, orang tua enggan untuk melaporkan bahkan ketika kekerasan menjadi sangat serius dan bahkan mengancam nyawa.

"Dalam banyak kasus, anggota keluarga sampai pada titik di mana mereka hanya ingin kekerasan berhenti. Kami tak memiliki kapasitas untuk menghapusnya dari rumah, kecuali dengan persetujuan dengan orang tua dan juga dengan persetujuan anak itu,” jelas Asisten Komisaris Dean McWhirter dari Kepolisan Victoria.

Ketika otoritas perlindungan anak terlibat, mereka lebih cenderung mengamankan saudara dari sang anak pelaku kekerasan daripada pelaku kekerasannya sendiri.

Jo Howard dari Kildonan Uniting Care adalah seorang ahli di bidang kekerasan remaja, dan mengatakan, mengamankan saudara si pelaku kekerasan sebenarnya tak mengatasi kekerasan itu sendiri.

"Dalam banyak hal [mengamankan saudara si pelaku] itu menghukum sang ibu, karena ia terpisah dari anak-anaknya," tuturnya.

Bagi Shane, pilihan terbaik adalah pergi ke kamarnya, tempat di mana ia mencoba untuk mengendalikan amarahnya.

"Saya biasanya mendengarkan musik dan menggambar. Itu membuat saya merasa lebih baik. Rasanya seperti semua kemarahan saya masuk ke dalam lukisan yang saya gambar, bagaimana perasaan saya," ungkapnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement