Selasa 19 May 2015 19:33 WIB

1.850 Orang Tewas Sejak Perang Pecah di Yaman

Aliansi Arab Saudi berupaya menggempur milisi Houthi di Pelabuhan Adrn, Yaman Selatan.
Foto: indianexpress
Aliansi Arab Saudi berupaya menggempur milisi Houthi di Pelabuhan Adrn, Yaman Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA --  Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan hingga akhir Maret 2015, sekitar 1.850 orang dan 500 ribu lainnya mengungsi sejak perang di Yaman pecah.

"Hingga 15 Maret, jumlah korban tewas mencapai 1.849, sementara korban luka 7.394," kata badan kemanusiaan PBB, yang memperoleh data dari sejumlah sarana kesehatan di Yaman. PBB berulang kali menegaskan bahwa tidak semua kematian akibat perang dilaporkan ke sarana kesehatan, sehingga jumlah korban sebenarnya berpeluang jauh lebih banyak.

PBB menyampaikan hal tersebut bersamaan dengan kembali dimulai gelombang serangan pesawat udara dari sekutu pimpinan Arab Saudi dengan sasaran kelompok Houthi di Sanaa. Serangan udara itu dihentikan lima hari sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan.

Sejak Maret, sekutu pimpinan Arab Saudi mulai melancarkan serangan udara untuk mengembalikan pemerintahan Presiden Abedrabbo Mansour Hadi. yang saat ini melarikan diri ke Riyadh akibat pemberontakan Houthi. "Gencatan senjata kemanusiaan lima hari sangat tidak cukup. Kami tidak mempunyai waktu untuk mendistribusikan bantuan makanan bagi mereka yang membutuhkan," kata juru bicara badan World Food Programme (WFP) dari PBB, Elisabeth Byrs.

Dia mengatakan WFP hanya mampu mengirim makanan kepada 400 ribu orang selama jeda lima hari, atau hanya setengah dari 738.000 orang yang membutuhkan. "WFP mengusulkan agar jeda kemanusiaan itu terus dilakukan dalam waktu yang terjadwal untuk mendistribusikan bantuan-bantuan yang sangat dibutuhkan," kata dia.

Sementara itu, juru bicara badan pengungsi PBB (UNHCR), Adrian Edwards, menjelaskan bahwa jeda humaniter telah membuat UNHCR mampu mendaratkan sejumlah pesawat berisi bantuan di Sanaa, ibu kota Yaman.

Kepada sejumlah wartawan, dia mengungkapkan bahwa jeda humaniter itu juga membuat UNCHR berhasil menyusun 40 penilaian kondisi di lapangan di berbagai wilayah Yaman, yang saat ini menghadapi kesulitan besar mengingat besarnya jumlah pengungsi akibat konflik.

"Jumlah pengungsi akibat konflik sejak Maret lalu saat ini diperkirakan telah mencapai 545 ribu orang," kata Edwards. Jumlah itu naik secara drastis dari laporan pada Jumat yang baru mencapai 450 ribu.

Jumlah tersebut belum memperhitungkan 330 ribu orang yang juga kehilangan rumah sebelum konflik dan sekitar 250 ribu pencari suara dari Somalia yang juga berada di Yaman. Di sisi lain, sebanyak 29 ribu warga Yaman juga terpaksa berlindung ke negara lain.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement