Rabu 20 May 2015 17:28 WIB

Ukraina Siap Menghadapi Serangan Militer Rusia

Rep: C07/ Red: Ilham
Presiden Ukraina Petro Poroshenko.
Foto: AP Photo/Evgeniy Maloletka/ca
Presiden Ukraina Petro Poroshenko.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina, Petro Poroshenko mengatakan, saat ini negaranya sudah terlibat perang nyata dengan Rusia. Ukraina pun tengah mempersiapkan diri menghadapi serangan Rusia.

Poroshenko mengaku saat ini ia tidak mempercayai Presiden Rusia Vladimir Putin. Namun, ia juga tidak memiliki pilihan lain selain bernegosiasi dengan Putin.

"Untuk lebih jelasnya, saya mengatakan bahwa kita tidak berperang dengan separatis yang didukung Rusia, namun ini adalah perang nyata dengan Rusia. Kenyataannya kami menangkap anggota pasukan khusus Rusia dan itu adalah bukti kuat adanya perang,” kata Poroshenko seperti dikutip di BBC News, Selasa (19/5).

Saat ditanya apakah dia mengkhawatirkan serangan Rusia dalam waktu dekat, Poroshenko mengaku Rusia memang sudah mempersiapkan sebuah serangan untuk Ukraina, “Saya pikir kami harus siap untuk itu,” ucapnya.

Poroshenko menegaskan, negaranya harus selalu siap menghadapi serangan Rusia dalam waktu dekat. Pihaknya tidak akan memberikan kesempatan kepada Rusia untuk bisa memprovokasi negaranya.

Saat ini, ia mengaku khawatir dengan Ukraina Timur karena tidak bisa diambil dari pemberontak melalui upaya militer semata dan harus melalui jalur diplomasi.

Sebelumnya, Rusia membantah tuduhan Barat bahwa pihaknya telah mengirimkan pasukan untuk membantu pemberontak di Ukraina Timur dengan memasok senjata dan personil.

Namun, peran Rusia dalam konflik di Ukraina dipertanyakan setelah dua pria ditangkap pada Sabtu (16/5). Ukraina mengklaim kedua pria itu adalah anggota pasukan elite Rusia yang bertempur di Ukraina Timur. Dalam sebuah video, kedua pria itu mengkonfirmasi status mereka sebagai anggota militer Rusia, namun pemerintah Rusia mengatakan sudah memecat mereka pada saat penangkapan.

Pada hari Selasa (19/5), Sekretaris Jenderal NATO  Jens Stoltenberg menyerukan agar Rusia mengakhiri latihan militer Rusia di dekat perbatasan Ukraina. Mereka juga menuntut Rusia agar lebih transparan dengan kegiatan militer mereka.

Sementara itu, PBB mengatakan setidaknya 6.000 orang telah tewas sejak pertempuran di Ukraina Timur pada April 2014. Sebuah persetujuan gencatan senjata ditandatangani bulan Februari lalu di kota Minsk, namun pertempuran masih berlanjut sejak itu. Pekan lalu, Poronshenko mengatakan setidaknya 83 personel militer Ukraina telah tewas terbunuh bahkan setelah adanya gencatan senjata.

sumber : BBC News
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement