REPUBLIKA.CO.ID, UGANDA -- Perang saudara yang masih bergejolak di Sudan menyebabkan 100 ribu warganya melarikan diri ke kamp-kamp pengungsian di negara tetangganya, Uganda. Kondisi ini sangat memprihatinkan dan diperparah dengan banyaknya anak-anak yang mengalami gizi buruk.
Beberapa bulan yang lalu, dua bayi kelaparan dan dalam kondisi mengerikan. Untungnya, ada bantuan di kamp pengungsi, tempat mereka lahir dan ibu mereka telah tinggal sejak 2013.
Bagi banyak anak-anak di Pemukiman Rhino, Kabupaten Arua Uganda, kekurangan gizi masih menjadi masalah serius. Kamp itu menampung sekitar 90.000 pengungsi. Relawan melaporkan sekitar 20 persen dari anak-anak kekurangan gizi.
"Masalah terbesar di sini adalah tingginya tingkat malnutrisi akut atau parah terutama di kalangan anak-anak di bawah 5 tahun," kata relawan bernama Yusuf Mubazi seperti dilansir dari VOA News, Kamis (21/5).
Hampir dua juta orang telah mengungsi dari rumah mereka, karena perang saudara Sudan Selatan dimulai pada akhir 2013. Saat ini, 136 ribu hidup di kamp-kamp di Uganda di mana lebih dari dua pertiga dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.
Pusat kesehatan kamp pengungsi menjadi sibuk karena anak-anak yang terus menerus diperiksa karena kekurangan gizi.
PBB menyatakan, dibutuhkan 36 juta dolar Amerika untuk memenuhi kebutuhan dasar para pengungsi ini. Baru-baru ini Komisi Eropa menyumbangkan $ 1 juta. Bagi UNICEF, bantuan itu signifikan, tetapi jauh dari cukup.
"Pemrograman gizi adalah program yang sangat mahal, tapi itu salah satu yang paling penting. Seorang anak bisa memiliki air minum dan perut yang kenyang," kata anggota UNICEF, Gerry Dyer. Dia bersyukur karena adanya donasi tersebut.
Para pengungsi mulai diajarkan dan diberi pengetahuan soal gizi buruk. UNICEF dan kelompok bantuan Concern Worldwide mengadakan sesi pelatihan bagi ibu-ibu, mengajari mereka cara mendeteksi kekurangan gizi dan mencegahnya.
"Saya diajarkan bagaimana membuat bubur untuk dua bayi. Dan juga bagaimana membuat jus tomat untuk mereka. Itulah mengapa anak-anak yang lebih baik sekarang," ujar salah satu pengungsi.