Selasa 26 May 2015 01:10 WIB

Polisi Thailand Bantah Ada Kamp Migran Rohingya dan Bangladesh

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Indah Wulandari
 Pria muslim Rohingya menangis ketika dipaksa untuk naik kapal untuk dikembalikan ke Myanmar dekat pos penjaga perbatasan di Taknaf,Bangladesh,Jumat (22/6).  (Saurabh Das/AP)
Pria muslim Rohingya menangis ketika dipaksa untuk naik kapal untuk dikembalikan ke Myanmar dekat pos penjaga perbatasan di Taknaf,Bangladesh,Jumat (22/6). (Saurabh Das/AP)

REPUBLIKA.CO.ID,BANGKOK -- Polisi Thailand membantah tidak ada kamp perdagangan manusia di Thailand selatan. Padahal, sebelumnya polisi Thailand menemukan tujuh kamp di hutan pegunungan dekat perbatasan Thailand-Malaysia.

Pernyataan tersebut muncul beberapa jam setelah polisi Malaysia mengaku menemukan 139 kuburan yang diduga kuburan migran dari Myanmar dan Bangladesh, Senin (25/5). Kuburan tersebut ditemukan di sekitar 24 lokasi yang diduga kamp perdagangan manusia dekat perbatasan Thailand.

Awal bulan ini, sebanyak 36 jasad yang diyakini migran dari Bangladesh dan Myanmar ditemukan di Provinsi Songkhla, Thailand Selatan.

Sebanyak 26 jasad juga ditemukan di dekat sebuah kamp perdagangan yang ditinggalkan jauh tersembunyi di dalam hutan. Kamp tersebut sangat dekat dengan perbatasan Malaysia.

Penemuan itu memicu tindakan keras Thailand terhadap kamp-kamp yang ada. Mengingat ini merupakan krisis regional dimana ribuan migran ditinggalkan oleh pedagang di Teluk Benggala dan Laut Andaman.

"Sejak kami mulai penyelidikan besar kami, kami belum menemukan lebih banyak kuburan atau kamp perdagangan selain yang telah disebutkan," kata Wakil Kepala Polisi Provinsi Daerah Sembilan Thailand, Phuttichart Ekachan dilansir Reuters.

Polisi Thailand menemukan tujuh kamp pedagangan manusia di Khao Kaew di distrik Sadao, Provinsi Songkhla sejak 1 Mei lalu. Banyak dari kamp-kamp tersebut terletak beberapa ratus meter dari perbatasan dengan Malaysia.

"Kami masih mencari kamp tapi kami pikir tidak ada lagi di bagian Thailand," ungkapnya.

Phuttichart mengaku pihaknya siap membantu Malaysia dengan penyelidikan negara tersebut.

"Thailand siap membantu Malaysia jika Malaysia meminta bantuan kami. Tapi Malaysia belum meminta bantuan khusus dari kami," ujarnya.

Thailand Selatan dan Malaysia Utara telah menjadi rute utama bagi penyelundup dan pedagang membawa orang ke Asia Tenggara. Mereka dibawa dengan perahu dari Malaysia dan Bangladesh.

Banyak yang mengatakan mereka melarikan diri karena penganiayaan dan mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement