Rabu 27 May 2015 06:36 WIB

Muslim Australia Masih Terima Diskriminasi di Dunia Kerja

Islamofobia.
Foto: Unrforliberty.com
Islamofobia.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Negara yang mendaulat diri terdepan dalam penegakan hak asasi, Australia, nyatanya tak sejalan dengan perlakuan terhadap warga muslimnya. Sebuah laporan penelitan mengungkap bahwa Muslim Australia menghadapi "diskriminasi yang dilembagakan", yang menghambat mereka untuk mencari sebuah pekerjaan.

Dilansir the Australian, Selasa (26/5), para peneliti dari International Centre for Muslim and non-Muslim Australia, telah menemukan bukti diskriminasi Islam dalam kehidupan sosial. Sebuah studi dalam dunia kerja jelas mengidentifikasi diskriminasi terhadap nama-nama yang terdengar asing, berbau Islam, khususnya nama Timur Tengah.

Direktur lembaga, Riaz Hassan mengatakan hasil dari sensus sejak 2011, menunjukkan sekitar hanya ada 32 persen Muslim dipekerjakan, berada di bawah persentase 46,8 persen dari populasi umum. Laki-laki Muslim memiliki persentase 12 persen bekerja, dibandingkan dengan 37 persen dari populasi umum. Bagi wanita Muslim, 12 persen bekerja dibandingkan 42 persen populasi umum.

Lebih mencengangkan, Profesor Hassan mengatakan diskriminasi kerja banyak dialami kelompok migran dibandingkan Muslim asli Australia. Dia mengutip sebuah studi ekonom Universitas Nasional Australia yang meneliti 4000 aplikasi kerja palsu, untuk mengukur tingkat panggilan wawancara berdasarkan ras.

Penelitian tersebut menemukan orang dengan nama Anglo-Saxon memiliki frekuensi panggilan yang signifikan, lebih tinggi dibandingkan nama-nama dari Timur Tengah. Begitu juga halnya dengan kasus seorang wanita Muslim, telah ditempatkan untuk posisi junior ketika menggunakan nama sebenarnya. Namun ketika ia nama Anglicised, dia menerima panggilan kembali untuk posisi yang lebih tinggi.

Profesor Terence Lovat dari University of Newcastle, yang memimpin studi pada 2011 mengatakan bahwa komunitas Muslim memang jelas menderita diskriminasi agama.

"Kami menyadari bahwa Muslim merupakan bagian dari diskriminasi ini" ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement