REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Pemerintah Irak berjanji akan segera merebut kembali provinsi Anbar yang telah direbut oleh militan ISIS. Pemerintah Irak secara resmi memulai operasi mengusir ISIS, kurang dari dua pekan setelah kalah dari ISIS.
Juru bicara Pentagon, Kolonel Steve Warren mengatakan pasukan Irak telah melakukan pengintaian dan akan mendahului setiap pertempuran besar di sekitar Ramadi.Kota ini jatuh ke tangan kelompok ISIS awal bulan ini sesudah pasukan Irak mundur dari sana.
"Irak telah mulai bergerak maju dari basis mereka di Habbaniyah, dan ISIS juga sedang bergerak ke arah Habbaniyah," katanya dikutip AP, Rabu (27/5).
Namun, ia tidak bisa mengkonfirmasi secara pasti bahwa pasukan Irak telah mengepung Ramadi. Juru bicara kelompok milisi sukarelawan Mobilisasi Rakyat Ahmed al-Assadi mengatakan operasi akan mengerahkan tentara dan milisi bergerak ke selatan dari Provinsi Salahuddin dan memotong kekuatan kelompok ISIS di Ramadi.
Perdana Menteri Irak Heider al-Abadi mengatakan bahwa Ramadi akan direbut 'dalam beberapa hari'. Abadi juga membela keputusan 1.500 orang tentara yang dilaporkan telah mengungsi dari kota Ramadi ketika menghadapi serangan dari sekitar 150 orang militan ISIS.
AS menyambut baik operasi dan wakil presiden Joe Biden menjanjikan dukungan penuh dari AS. Namun Washington tetap resah mengenai peran penting kelompok milisi Syiah, yang didukung oleh Iran.
Presiden Barack Obama mengatakan bahwa AS dan sekutunya perlu memeriksa apakah mereka mengerahkan aset militer secara efektif terhadap militan ISIS sebagai tunggangan serangan baru untuk merebut kembali wilayah tersebut.
Gedung Putih mengatakan sudah merespons tuntutan para pejuang Irak untuk senjata anti-tank yang lebih kuat untuk menghadapi kendaraan lapis baja ISIS yang telah digunakan sebagai bom mobil yang mematikan.
AS akan memasok peralatan militer kelas yang lebih tinggi muncul setelah Menteri Pertahanan Ash Carter mengkritik pasukan Irak. Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest membela pernyataan Carter, ia mengatakan pemerintah Irak mengakui bahwa kemunduran di Ramadi adalah hasil dari gangguan dalam perintah dan perencanaan. Selain itu, Earnest mengatakan, pasukan Irak di Ramadi tidak mendapat manfaat dari AS atau sekutu pelatihan.
Namun, Earnest juga memuji pengumuman Irak bahwa mereka telah melancarkan operasi militer besar untuk mendorong ISIS dari provinsi Anbar barat, untuk merebut kembali jantung Sunni di mana ISIS merebut ibukota provinsi Ramadi.
Sementara itu Obama, berbicara di akhir pertemuan dengan Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, untuk tidak menanggapi pertanyaan tentang komentar Carter. Ia justru mengatakan adanya tantangan yang ditimbulkan oleh ISIS dan gejolak di Libya sehingga memaksa NATO untuk ikut bekerjasama melawan kondisi tersebut.
"NATO harus mengakui berbagai macam tantangan global, terutama pada apa yang kita sebut kubu dari selatan ... memastikan bahwa kita terus berkoordinasi secara efektif dalam memerangi ISIS," kata Obama.