REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Seorang konsultan Departemen Pertahanan Australia menyatakan perang di masa depan kemungkinan melibatkan serangan menggunakan drone, baik dari darat maupun laut.
Di masa mendatang, teknologi yang canggih dibutuhkan untuk melawan serangan terhadap energi dan infrastruktur komunikasi.
Pendapat itu disampaikan Peter W Singer, ahli strategi di New America Foundation, yang mengatakan 80 negara di dunia sudah melengkapi peralatan militer mereka dengan pesawat tanpa awak, yang dikenal dengan nama drone.
Drone juga sudah banyak digunakan oleh berbagai kalangan, termasuk oleh beberapa pihak. Misalnya, kelompok yang menamakan diri Negara Islam, paparazi dan kalangan petani.
Menurut Peter, sekarang sudah banyak drone yang bisa beroperasi secara otomatis tanpa perlu dikendalikan manusia.
Peter pernah menulis sebuah novel, Ghost Armada, yang mengimajinasikan seperti apa konflik senjata yang bisa terjadi antara China dan Amerika Serikat.
"Tidak seperti Perang Dunia II, kita justru akan melihat pertempuran di luar angkasa... dan dunia maya," katanya.
"Mereka yang akan menang adalah yang bisa menguasai langit, maksud saya seperti menguasai satelit komunikasi, pengawasan, navigasi dan GPS. Semua perang di darat dan laut tergantung pada itu," jelas Peter baru-baru ini.
"Hal yang sama juga berlaku di dunia maya, karena telah menjadi denyut nadi medan perang modern. Siapa mengontrol atau yang mengontrol akses dunia maya, maka akan mendominasi perperangan fisik."
Drone diperkirakan akan menyebar bukan hanya di langit, tapi di laut. Dan drone bawah air diperkirakan dapat berhadapan dengan kapal selam.
Lantas siapkah Australia dengan pertempuran di masa mendatang? Tonton videonya di sini