Ahad 31 May 2015 10:33 WIB

Dikritik Pemenang Nobel Soal Rohingya, Myanmar Geram

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Agung Sasongko
Puluhan imigran etnis Rohingya, Myanmar dan Banglades berdoa usai melaksanakan shalat berjamaah di lokasi penampungan Imigrasi kelas I khusus Medan, Sumatera Utara, Jumat (29/5).
Foto: Antara/Irsan Mulyadi
Puluhan imigran etnis Rohingya, Myanmar dan Banglades berdoa usai melaksanakan shalat berjamaah di lokasi penampungan Imigrasi kelas I khusus Medan, Sumatera Utara, Jumat (29/5).

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Myanmar telah menolak komentar yang dibuat oleh beberapa pemenang Hadiah Nobel Perdamaian. Sebab, Myanmar menganggap komentar tersebut tidak seimbang.

Para pemenang Hadiah Nobel Perdamaian menyerukan untuk mengakhiri penganiayaan terhadap Muslim Rohingya. Pemenang tersebut termasuk Desmond Tutu dari Afrika Selatan, aktivis hak asasi manusia Iran Shirin Ebadi, dan mantan Presiden Timor Leste Jose Ramos-Horta.

Mereka memberi daya tarik dalam dua konferensi di ibukota Norwegia pekan lalu. Dalam kesempatan tersebut, mereka menyebut situasi Rohingya di Myanmar tidak kurang dari 'pemusnahan secara teratur terhadap suatu golongan bangsa'.

Kementerian Luar Negeri Myanmar telah mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bila komentar tersebut seperti menutup mata untuk membagun kembali kepercayaan antara umat Buddha dan Muslim di Rakhine.

Dalam beberapa pekan terakhir, nasib Rohingya telah berubah menjadi krisis regional ketika ribuan dari mereka mendarat di pantai Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Bahkan, ribuan lainnya diyakini masih terdampar di tengah laut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement