REPUBLIKA.CO.ID, SANA’A -- Organisasi Kemanusiaan Medis, Doctors Without Borders, memperingatkan adanya krisis medis di Yaman. Krisis dipicu bantuan kesehatan yang mengalir semakin lambat ke negara tersebut.
Salah satu pejabat Doctor Without Borders, Marie-Elisabeth Ingres, mengatakan lebih dari 25 juta warga berjuang dengan kemiskinan dan kurangnya akses terhadap layanan kesehatan sebelum dan selama serangan udara terjadi di Yaman.
"Kami yakin ada banyak warga yang meninggal di rumah mereka karena tidak dapat menerima pengobatan," ujar Marie sebagaimana dilansir dari The Guardian, Selasa (2/6).
Sejak akhir Maret, sebanyak 2.000 warga tewas dan 8.000 lainnya terluka. Selama periode itu, jumlah orang yang mendesak untuk diberikan pelayanan medis melonjak menjadi 8,6 juta orang.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pekan lalu mengatakan obat-obatan dasar serta fasilitas kesehatan bagi ibu hamil dan melahirkan semakin langka. Sebab, tim medis setempat semakin kesulitan mendapatkan pasokan bantuan medis. Selain itu, risiko penularan penyakit malaria, demam berdarah, wabah polio dan campak juga meningkat drastis.
Kepala Departemen Kesehatan dari Rumah Sakit Sana’a, Sadeq al-Jabiri, mengatakan fasilitas medis yang masih ada hampir tidak dapat mencukupi layanan kesehatan dasar. Saat ini, rumah sakit lebih fokus mengatasi kasus-kasus kesehatan darurat.
"Kami menghadapi kekurangan terutama untuk persediaan obat-obatan bagi penderita ginjal yang membutuhkan cuci darah. Mereka tidak bisa kami tangani secara maksimal," ujar Sadeq.