REPUBLIKA.CO.ID, KUTUPALONG -- Sudah lebih dari 20 tahun lalu gelombang pengungsian pertama Muslim Rohingya melarikan diri dari Myanmar dan mengungsi ke Bangladesh.
Kini, para pengungsi tersebut kembali khawatir karena Pemerintah Bangladesh akan mengusir mereka kembali yang selama ini aman tinggal di salah satu pulau di Teluk Benggala.
"Ini adalah rumah bagi kita sekarang, kami damai disini," ujar seorang Muslim Rohingya Nur Alam yang mengungsi sejak tahun 1991 lalu dilansir oleh Reuters, Rabu (3/6).
Sebanyak 33 ribu pria, wanita dan anak-anak hidup di dua desa Kutupalong dan Nayapara. Mereka masih beruntung karena hidup di perbatasan Myanmar dan dilindungi oleh PBB dan Bangladesh.
Namun, ternyata ada pula sekitar 400 ribu muslim Rohingya tersebar di kamp-kamp yang berada di bukit tak jauh dari mereka tinggal. Pemerintah Bangladesh pun tka mengakui mereka dan berencana mengirim mereka kembali ke Myanmar.
Penasehat Politik PM Bangladesh Sheikh Hasina mengatakan, banyak orang asing tanpa dokumen identitas dan pekerjaan menyebabkan masalah bagi masyarakat setempat. Mereka juga menghambat pembangunan.
"Rohingya adalah warga Myanmar dan mereka harus kembali," ujar Hasina. Hasina mengerti apa yang mereka rasakan tetapi pihaknya tak dapat menjadi tuan rumah mereka lagi.