REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Tenggelamnya kapal pesiar di Sungai Yangtze, Cina kemungkinan akan merusak catatan keamanan di negara tersebut. Kecelakaan ini menjadi insiden terbesar sejak sebuah kapal uap penumpang meledak sekitar 70 tahun silam.
Kapal Dongfangzixing atau Bintang Timur yang membawa 458 penumpang terbalik dalam badai di sungai Yangtze, Senin (1/6) malam waktu setempat. Penumpang di dalamnya berusia tiga hingga 80 tahun.
Enam jasad telah ditemukan setelah kecelakaan tersebut dan lebih dari 12 orang diselamatkan. Namun, lebih dari 430 orang masih belum ditemukan.
Insiden itu terjadi setelah Cina meningkatkan peraturan keselamatan maritimnya dalam beberapa tahun terakhir. Cina memperketat otoritasnya setelah bencana feri di Korea Selatan yang menewaskan lebih dari 300 orang tahun lalu.
Seorang Profesor di Shanghai Maritime University, James Hu menilai kecelakaan tersebut bukanlah akibat faktor keamanan.
"Saya sudah bertemu dengan ahli Korea dan Jepang dan kesimpulan kami penegakan hukum Cina yang berkaitan dengan kapal penumpang sudah ketat," katanya.
Ia menambahkan, kecelakaan tersebut kemungkinan besar terjadi karena standar konstruksi kapal, pembatasan usia pada kapal penumpang dan kualifikasi awak.