REPUBLIKA.CO.ID, Kasus Middle East Respirotary Syndrome (MERS) kembali mencuat. Namun bukan seperti namanya, kasus ini tengah melanda wilayah Asia khususnya Korea Selatan. Dilansir The Independent, Rabu (3/6), hingga saat ini tercatat 30 kasus MERS di Korea Selatan dan pada Selasa (2/6) dilaporkan dua kasus pertama kematian akibat penyakit tersebut.
WHO menyatakan dalam situsnya, terus melakukan kontak dengan pemerintah negara dan Departemen Kesehatan Korea Selatan untuk meminta informasi segera yang dapat dikonfirmasi terkait MERS. "Mengingat jumlah klinik dan rumah sakit untuk merawat kasus ini, diduga akan ada kasus lebih lanjut," kata WHO dalam sebuah pernyataan.
Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa, Korea Selatan saat ini memiliki jumlah kasus tertinggi ketiga setelah Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Sejauh ini juga telah mengisolasi sekitar 750 orang yang diduga berpotensi terinfeksi MERS.
Berdasarkan data WHO kasus terbaru ini menambah jumlah korban global MERS hingga 1.166 jiwa. Setidaknya ada 436 kematian diantara seluruh kasus tersebut.
MERS merupakan penyakit yang relatif baru. Penyakit ini kali pertama diidentifikasi pada manusia di Arab Saudi sekitar tahun 2012. Virus ini diyakini berasal dari keluarga virus yang sama dengan virus mematikan Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) pada 2003. Namun MERS memiliki tingkat kematian lebih tinggi daripada MERS. Hingga saat ini belum ada obat atau vaksin untuk penyakit itu.
WHO belum merekomendasikan pembatasan perjalanan maupun perdagangan untuk Korea Selatan. Namun pejabat Kementerian Kesehatan Korea Selatan mengatakan, otoritas pengawasan perbatasan telah memberlakukan larangan perjalanan ke luar negeri, bagi orang-orang yang kemungkinan terisolasi MERS.