Kamis 04 Jun 2015 06:30 WIB

ISIS Gunakan Air Sebagai Senjata di Irak Barat

Rep: c25/ Red: Satya Festiani
Serangan ISIS di Irak dan Suriah
Foto: VOA
Serangan ISIS di Irak dan Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Pejabat tinggi setempat mengatakan jika ISIS telah menutup gerbang bendungan di Sungai Efrat, Irak barat, mengurangi air dan memberi  mereka kebebasan yang lebih besar,  untuk menyerang pasukan pemerintah hilir di tepi selatan.

ISIS telah diarahkan ke aliran air untuk keuntungan mereka di medan perang di sekitar kota Ramadi. Tetapi taktik itu juga mengancam provinsi-provinsi selatan dengan kekeringan dan air yang  berkurang ke tingkat yang mengkhawatirkan, kata para pejabat.

Efrat telah bertindak sebagai penghalang antara militan yang menguasai perbankan dan pasukan utara pro-pemerintah yang mencoba untuk maju menuju Ramadi di sisi lain.

Seorang juru bicara gubernur provinsi Anbar, yang ibukotanya adalah Ramadi, mengatakan pasukan keamanan sekarang harus dipindahkan ke sepanjang sungai untuk mencegah pemberontak yang menyusup. "Sebelumnya mereka harus memantau hanya jembatan dan daerah-daerah tertentu, tapi sekarang semua sungai akan crossable," kata Hikmat Suleiman.

ISIS sebelumnya telah berusaha untuk menggunakan air sebagai senjata dalam perang melawan pemerintah Irak. Musim panas lalu, para militan merebut bendungan Mosul di Irak utara dan mengancam akan menenggelamkan Baghdad, sampai pasukan Kurdi mengusir mereka kembali dengan bantuan serangan udara dari koalisi internasional.

Dewan provinsi Anbar bertemu pada Rabu untuk membahas bagaimana menanggapinya. Salah satu anggota, Taha Abdul Ghani, menyarankan pemerintah harus mengebom salah satu gerbang bendungan untuk melepaskan air.

Namun, warga Ramadi dan seorang pejabat irigasi setempat mengatakan para pemberontak telah meninggalkan dua gerbang bendungan terbuka, tampaknya untuk menghindari daerah-daerah banjir di bawah kendali mereka sendiri.

Penutupan sebagian bendungan Ramadi telah memaksa lebih banyak air ke dalam anak sungai berjalan ke selatan ke danau Habbaniya, kata para pejabat.

Falih Al-Essawi, seorang pejabat senior keamanan provinsi, mengatakan pemerintah telah membuka bendungan lain untuk menyalurkan air dari Danau Habbaniya kembali ke Efrat dan mencegah kekurangan di provinsi-provinsi selatan.

Namun dia mengatakan kalau ini hanya tindakan sementara yang tidak akan efektif selama lebih dari tiga hari.

"Pemerintah harus segera bertindak jika konsekuensi dan bencana lingkungan akan bisa dihindari," katanya.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement