Jumat 05 Jun 2015 06:38 WIB

Pekerja Muslim India Dipecat Lantaran Naik Haji dan Pelihara Jenggot

Mohammad Ismail, dipecat lantaran berjenggot.
Foto: zee india
Mohammad Ismail, dipecat lantaran berjenggot.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLKATA -- Hanya selang beberapa hari kasus diskriminasi Zeshan Ali Khan, seorang pemuda India yang ditolak pekerjaan lantaran ia seorang Muslim, diskriminasi terhadap Muslim terjadi kembali di India.

Sebuah perusahaan ekspor berlian di Mumbai telah memecat seorang pegawainya lantaran memiliki jenggot dan baru saja pulang menunaikan ibadah haji. Mohammad Ismail, yang bekerja sebagai manajer umum di perusahaan tersebut harus kehilangan posisi yang telah ia pegang selama enam tahun.

Berawal pada bulan Mei 2014, saat pulang dari tanah suci, perusahaan memotong lebih dari setengah gajinya tanpa penjelasan. Hal yang sama berlangsung selama bulan-bulan berikutnya. Hingga akhirnya, pada Maret tahun ini, ia memutuskan untuk mendekati Manoj Agarwal, managing director perusahaan.

Ketika Ismail menuntut gajinya yang tertunda, ia justru diusir dari kantor oleh penjaga. Ismail lantas disebut 'teroris' oleh Agarwal lantaran penampilannya yang kini berjenggot.

"Segera setelah saya kembali dari haji, saya telah berjenggot. MD dari perusahaan mengatakan bahwa saya mencoba untuk mengancam dia, dan disebutlah saya sebagai 'teroris'. Itu sangat menyedihkan, disebut teroris di tanah saya sendiri ", kata Ismail dilansir Zee India, Kamis (4/6).

Ismail kemudian mencoba mendekati badan-badan pemerintah seperti Komisi Hak Asasi Manusia, Komisi Minoritas dan kantor kementerian pekerjaan. Dia juga mengajukan kasusnya ke kepolisian, namun tak digubris.

Menerima laporan ini, setelah ramai di sejumlah media massa India, pihak perusahaan membantah kabar tersebut. "Apapun yang Ismail katakan adalah dusta. Dia mengancam kami bahwa ia akan merampok dan melakukan vandalisme di kantor kami. Dia adalah penipu ", ujar Mahesh Agarwal, saudara MD Manoj Agarwal.

Sekarang, Ismail bergerak ke Pengadilan Tinggi Kalkuta untuk mencari keadilan dan permintaan maaf untuk pernyataan sentimen yang menyakiti agamanya. Namun, hanya setelah berita ini muncul di media, Ismail mendapat SMS dari perusahaan yang menawarkan kepadanya semua iuran yang tersisa. Tapi hati sudah terlanjur sakit, sekarang dia hanya menginginkan keadilan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement