REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pascaumumkan kematian keempat karena sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), Korea Selatan menabuh genderang perang untuk melawannya, Jumat (5/6). Pihak berwenang menyebut wabah kali ini yang terburuk.
Jumlah korban terinfeksi bertambah jadi 41 orang dan lebih dari 1.600 orang telah masuk karantina. Lebih dari seribu sekolah terpaksa ditutup dan ribuan orang menelpon hotline pemerintah meminta saran untuk menghindari infeksi.
Korban keempat adalah seorang pasien berusia 76 tahun di salah satu rumah sakit di Seoul. Ia dinyatakan positif MERS pada akhir Mei. Dikutip kantor berita Yonhap, korban yang tidak disebut namanya ini diketahui melakukan kontak dekat dengan pasien pertama MERS.
Sementara korban ketiga adalah seorang pasien berusia 82 tahun yang dirawat karena penyakit asma dan pneumonia. Ia dirawat bersama pasien MERS di ruangan yang sama.
Dikutip New York Times, pemerintah mengatakan pria tersebut meninggal pada Rabu. Hasil pemeriksaan menunjukan ia terinfeksi. Pria ini bukan berasal dari daftar orang-orang yang kontak dengan dua korban tewas sebelumnya. Ia juga bukan berasal dari daftar 35 warga Korsel yang telah terinfeksi sebelumnya. Pria ini diobservasi untuk keperluan medis pascameninggal.
Muncul spekulasi dan kekhawatiran tentang kemampuan virus tersebut. Tiga pasien lain di ruangan korban ketiga juga dinyatakan positif terjangkit virus. Penemuan terbaru ini membuat masyarakat lebih khawatir. Jumlah penyebaran virus meningkat tajam dari 230 menjadi 1.164.
Sebagian besar penyebaran virus dilaporkan terjadi di rumah sakit. Virus ini menginfeksi pasien, staf medis dan pengunjung rumah sakit. Pemerintah tidak mempublikasikan nama enam rumah sakit tempat perawatan para pasien untuk menghindari kekacauan.
Badan kesehatan PBB mengatakan sebagian besar kasus berasal dari rumah sakit di Seoul. "Tidak ada bukti yang menunjukan transmisi di masyarakat," katanya, dikutip Guardian. WHO mengatakan kasus di Korsel bisa terus bertambah.
Sementara, para dokter yang kontak dengan korban tewas menolak dikarantina. Mereka tidak mengindahkan perintah untuk menjauh dari publik. Pihak berwenang mengatakan para dokter masih bekerja dan menghadiri pertemuan yang melibatkan 1.500 orang.
Koresponden BBC mengatakan pemerintah mengalami dilema untuk menginformasikan perkembangan terbaru. Pasalnya, ini bisa menambah kepanikan warga. Dalam suasana yang tidak pasti ini, masyarakat memilih membeli banyak masker dan menjauh dari kerumuman.
Sementara, seorang ahli dari Samsung Medical Center, Kang Cheol-In menyarankan masyarakat untuk tidak terlalu khawatir. Pasalnya MERS hanya menyebar melalui kontak jarak dekat, bukan melalui udara. Kemungkinannya sangat kecil untuk seseorang terinfeksi ketika berada di kerumuman, seperti taman atau sekolah.